Beberapa waktu lalu, aku membaca berita dari twitter kalau
ada yang hilang di gunung Semeru setelah turun dari puncak. Pikirku dalam hati “kok
bisa ya mereka pada hilang begitu” entahlah akupun tak mengerti. Ya!. Dua pendaki
asal cirebon laki-laki dan perempuan itu hilang setelah turun dari puncak.
Kronologinya seperti ini “pendaki yang hilang ini berangkat
ke puncak bersama temannya sebanyak enam orang, lalu di tengah perjalanan dua
orang sakit dan turun. Lalu empat orang lanjut naik ke atas tapi ternyata dua
orang lagi beristirahat di blok batu besar karena ada salah satu temannya yang
sakit dan dua orang lagi melanjutkan untuk kepuncak. Setelah lama menunggu kok
mereka gak turun-turun, sampai jam empat belas. Sampai akhirnya dua orang
temannya yang menunggupun lapor kepada saver di camp Kali mati kalau teman
mereka dua hilang”.
Info dari teman-temannya, dua orang pendaki yang hilang ini
berbekal roti dua lembar, buah pier, air minum dan cokelat beserta headlamp
yang di bungkus rapi ke dalam dayack. Voulenteer
yang standby di Ranu Pani pun langsung segera mencari dan dibantu oleh tim sar.
Beberapa hari mereka mencari dua pendaki
tapi hasilnya nihil. Tak berapa lama kemudian, salah satu pendaki yang hilang
memberi kabar melalui sms kepada temannya dan meminta untuk memberitahu kedua
orang tuanya kalau si pendaki ini hilang dan belum bisa kembali kerumah. Dia juga bilang kalau bisa pulang syukur kalau
nggak yaudah dia minta maaf. Setelah itu dia juga bilang kalau dia mengikuti
aliran sungai agar bisa menemukan jalan yang sebenarnya. (pikirku luar biasa
nyasar masih bisa sms-an. Pasti gara-gara pake si kartu merah. Hmm kala pake si
kartu oren mana bisa smsan di gunung. Sungguh ajaib!) akhirnya dari smsnya tersebut
tim sar pun langsung meraba dimana dua pendaki yang hilang itu berada. Biasanya
pendaki akan tersesat di blank 75, kalau kata voulenteer disana. blank 75
adalah deathzonenya semeru. Jalurnya hampir sama seperti jalur pada umumnya yang biasa dilewati
pendaki. tapi ternyata?? Zonk!! Kali ini
aneh, dua pendaki yang hilang justru tersesat di arah barat kali mati hampir
mendekati sumber mani atau memang... sudah kawasan sumber mani? Heheu..
Sampai akhirnya berkat usaha tim sar gabungan, dua pendaki
itu bisa diketemukan dalam keadaan selamat dan bisa kembali bersama orang-orang
tercinta di rumah.
Aku membayangkan, kalau aku yang tersesat di gunung dengan
perbekalan yang sangat minim seperti itu. Dalam keadaan dingin, tidak ada alas
untuk tidur dan harus terus mencari jalan keluar agar sampai ke tempat tujuan
utama. Entah apa yang aku pikirkan, yang aku pikirkan adalah mati, mati, dan
mati di medan pertempuran. Mungkin kalau
sendiri, di jalan aku hanya bisa menangis sambil berhalusinasi karena air mata
tak pernah habis. Berjalan sambil menangis! Ya mungkin hanya itu yang aku
lakukan ketika di gunung. Walaupun aku tahu apa yang harus aku lakukan ketika
aku tersesat. Dalam keadaan tersesat pun pikiran kita haruslah tetap tenang dan
berpikir apa yang aku lakukan agar aku bisa menemukan jalan pulang. Tapi mau
bagaimanapun kalau dalam keadaan sendiri aku paling takut. Hanya doa yang bisa aku panjatkan agar ada
keajaiban datang dan aku bisa terselamatkan. Jalan mendaki ketika malam saja pikiranku
sudah macam-macam. Apalagi kalau sampai tersesat di hutan?
Aku bingung apa yang ada di pikiran mereka sampai mereka bisa
tersesat. Apakah karena faktor lelah sampai pikiran tak fokus pada jalur? Mungkin
hanya mereka yang pernah tersesat di hutan saja yang merasakan.
Aku pribadi dalam urusan mendaki, aku harus membawa
perbekalan lebih, misalnya aku mendaki 3 hari 2 malam, maka aku akan membawa
bekal makanan untuk 4 hari 3 malam. Karena kita tidak pernah tahu akan terjadi
hal apa di hutan nanti. Walaupun kita sudah berkali-kali mendaki tapi tetap
saja harus tetap berhati-hati dan safety. Sebab mendaki gunung bukanlah ajang
untuk berselfie, tapi keamanan diri harus tetap diperhatikan agar tetap aman. Mendaki
memang menyegarkan pikiran setelah seharian bekerja dikantoran tapi satu hal
yang harus kita ingat. Masih ada orang-orang terkasih yang menunggu dirumah
mengharap kita kembali pulang dengan selamat dan sehat.
Aku selalu berdoa kemanapun aku pergi. Agar aku tidak pernah
merasakan sakit di hutan (walaupun pernah terjadi) dan aku selalu berdoa tidak
mau merasakan tersesat di hutan.
Semoga apa yang dua pendaki tersesat itu rasakan bisa menjadi
sebuah pelajaran berharga.
Dan Salam Hormat untuk Tim Sar yang lakukan dalam pencarian
dua pendaki yang selama ini tersesat. Baik diketemukan dalam keadaan selamat
ataupun yang tidak terselamatkan.