Selasa, 28 Juni 2016

Tips Mendaki Gunung




 photo by : listy


Mendaki gunung itu menurutku adalah ... kegiatan yang tidak murah. Kenapa?

Karena terkadang nyawa kita yang menjadi taruhannya. Kenapa aku bilang nyawa yang menjadi taruhannya? Karena, mendaki gunung itu perlu perhatian khusus ,terlebih untuk diri sendiri dan juga teman mendaki kita. Mendaki gunung bukan hanya persoalan foto selfie, menikmati keindahan alam, ketawa ketiwi, bersenang-senang atau sesuatu hal yang merupakan kepentingan diri sendiri, memang tidak ada yang salah dalam hal itu tapi ingat sekali lagi. keselamatan. Mendaki gunung juga harus memperhatikan lingkungan sekitar contoh kecil yang sering kita abaikan adalah membuang sampah sembarangan.

Banyak sekali dari kita yang merasa bahwa kita adalah pecinta alam yang benar-benar melestarikan alam. Menurutku pecinta alam tidak merusak, aku tidak mau mengakui kalau aku adalah pecinta alam. Sebab aku sadar dalam diriku sendiri aku masih suka menginjak-injak rumput walaupun ketenaran rumput itu adalah rumput liar. Jadi kalau mencintai ya tidak merusak. Mengerti maksudku?

Mendaki gunung menurutku bukan hanya sekedar berbekal peralatan safety, tapi mendaki gunung juga harus berbekal ilmu. Iya ilmu bagaimana ketika kita menghadapi keadaan darurat. Seperti misalnya tersesat di hutan, apa saja yang harus di lakukan. Terserang penyakit ekstrim di gunung seperti hypotermia, bagaimana cara mengatasinya, bagaimana ketika persediaan makan habis lalu apa yang akan kita makan selain perbekalan yang dibawa dan masih banyak lagi.

Banyak yang bilang kalau mendaki gunung adalah menyerahkan nyawa, bertaruh nyawa dan lain sebagainya. Menurutku memang benar begitu. Mendaki gunung itu adalah 70% s/d 30% kita bisa kembali kerumah. Kalau niat kita mendaki saja sudah tidak baik, maka selama perjalananpun juga akan mengalami hal-hal yang tidak baik pula. Ingat jangan membuang sampah sembarangan atau melakukan hal konyol lainnya. 

Di zaman sekarang, banyak yang bilang kalau naik gunung itu adalah suatu kegiaatan yang “kekinian” tapi menurutku, pendapat seperti itu hanya untuk orang-orang yang hanya sekedar ikut-ikutan tanpa pengetahuan yang cukup.

Aku beruntung pernah menjadi anak sispala, walaupun dalam kurun waktu yang sangat singkat tapi setidaknya aku mengambil pelajaran dari sispala di sekolah. Bagaimana cara mengemas perlengkapan mendaki dengan benar, apa saja yang harus di persiapkan, makanan apa saja yang harus dibawa, bagaimana kalau kita tersesat di hutan dan bagaimana pula cara mengatasi orang yang terserang hypotermia. Tapi alhamdulillah aku beruntung sekali, sampai saat ini aku belum pernah mengalami tersesat parah dan mengalami penyakit yang parah pula.

Tips dariku untuk kegiatan mendaki ini adalah :

Pertama : mengantongi izin orang tua, sebab restu orangtua sangatlah penting agar perjalanan kita selalu di iringi dengan ridhonya.  berbekal doa dan jangan pernah lupa dengan Sang Pencipta. Sebab, kepada siapa lagi kita akan minta pertolongan dan perlindungan ketika tidak ada yang bisa menolong lagi??

Kedua : Pilihlah teman yang akan menemani perjalanan kalian ketika mendaki nanti. Sebab, memilih teman perjalanan yang baik adalah yang paling aman. Pilihlah teman mendaki yang paham betul terhadap dunia pendakian, jangan hanya karena mereka lebih memiliki perlengkapan safety saja, tapi pengalaman belum ada. Itu sangatlah sia-sia. nihil. ibarat orang tuna netra menuntun tuna netra lainnya. Temanmu harus paham bagaimana mengatasi situasi darurat di hutan sana. Karena di hutan tidak ada dokter, tidak ada supermarket tidak ada siapa-siapa. Semuanya serba manual. Untuk pendaki yang sangat baru atau biasa disebut newbie, kalian bisa berangkat dengan orang yang sudah berpengalaman dalam urusan pendakian. Tentunya harus juga paham situasi di gunung sana dan juga harus paham terhadap penyakit sendiri.

Ketiga : gunakan SOP pendakian. Perlengkapan pribadi sangatlah penting. Seperti ; Sleepingbag, Jacket, Trekkingshoes, Raincoat (jas hujan), headlamp, botol minum dan p3k.
perlengkapan vital seperti itu aku harap jangan sampai kalian lewatkan. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di alam sana. Entah kita tersesat sendiri, tersesat dengan rombongan atau hal-hal aneh lainnya.

Keempat: bawa logistik pribadi. Maaf, bukannya aku mengajarkan kalian untuk pelit berbagi dengan teman kalian, tapi makanan pribadi itu sangatlah penting. Di awal perjalanan mungkin kalian akan selalu beriringan dengan rombongan, tapi ketika di pertengahan nanti. Apakah kalian akan selalu beriringan pula? Pengalamanku selama mendaki dengan banyak orang pasti di tengah jalan akan berpisah walaupun hanya beberapa meter saja. Makanya aku sarankan kalian untuk membawa cemilan sendiri. Aku pribadi, cemilan yang wajib di saku celanaku adalah madu, cokelat, lolipop dan minuman rasa-rasa tapi sekarang aku menghindari minuma yang ada rasanya. Ternyata itu penyakit, dan sudah aku buktikan ketika aku ke semeru bulan mei lalu. Kalau aku berangkat mendaki bersama orang terdekat, aku hanya membawa daypack dan isi daypackku full cemilan. Seperti biskuit cokelat, fitbar, bengbeng dan biskuit kecil-kecil lainnya.



Sedikit pengalaman dan cerita. Waktu aku masih kuliah dulu, aku adalah anak yang bisa dibilang ekstrim. Baru pulang kuliah aku sudah di telfon oleh temanku untuk pergi ke merbabu. Aku hanya berbekal ransel berisi buku dan undang-undang, jacket dan uang. Sesampainya di merbabu sana, aku tidur hanya menggunakan jacket. Menyiksa sih tapi kalian juga harus tau kondisi kalian ya kalau mau mencoba hal ekstrim seperti itu.  lebih baik jangan dicoba, bahaya hehee..

Dariku itu saja. Nanti aku lanjut ceritanya kalau aku sudah memiliki banyak pengalaman.
Keep safety!!

Senin, 27 Juni 2016

Pasar Tanah Abang Menjelang Hari Raya




beberapa waktu lalu sepulang dari rumah kiki, kalau tidak salah hari minggu tepatnya aku sengaja pergi ke Tanah Abang untuk membeli bahan yang akan aku jadikan khimar yang biasa aku pakai.
dengan menggunakan kereta Commuterline dari arah Taman Kota - Duri - dan tujuan akhir stasiun Tanah Abang.

sebenarnya aku sudah mengira kalau Pasar Tanah Abang nanti akan penuh sesak oleh para ibu yang akan berbelanja untuk hari raya nanti. Dan benar saja, baru turun dari stasiun duri, gerbong kereta sudah penuh, padat dan pengap. utung saja AC di dalam gerbong membantu kami semua yang berada di dalam untuk menikmati sebentar rasa dingin setelah berpanas-panasan tadi. dan untung pula aku sedang tidak tidak puasa karena si merah sedang berkunjung tiap bulan.

sesampainya di Stasiun Tanah Abang, aku langsung loncat menuju pintu keluar dan langsung men'tap' kartu multi trip yang aku punya. tahu kan kartu multi trip itu apa? baiklah kalau belum tahu aku akan kasih tahu sekarang. jadi kartu multitrip itu adalah kartu yang di gunakan untuk naik kereta tanpa harus di tukarkan lagi kepada loket ketika turun nanti. jadi menurutku kartu itu membantu pengguna kereta untuk menghemat waktu dan juga biaya yang di keluarkan. kalau habis? ya tinggal isi ulang saja saldonya. jadi gak usah antri lagi deh, begitu kurang lebih.

lanjut lagi ke cerita, iya jadi ketika aku baru saja turun dan keluar dari stasiun Tanah Abang, ternyata sudah penuuhh dan sangat ramai. sampai jalan raya di penuhi oleh ratusan orang yang akan berbelanja. bukan hanya kaum ibu saja yang ada disana, tapi kaum bapak pun ikut berbelanja demi mendapatkan harga yang murah untuk keperluan hari raya.

aku berjalan lurus ke arah barat Tanah Abang berharap menghindari jalan yang ramai dan penuh sesak, memang benar jalan yang aku pilih agak renggang, tapi sial! pas aku masuk gang menuju blok F dan blok A jalanan sudah padaat dan huuaaa aku berasa seperti sedang merasakan penderitaan orang-orang yang sedang berada di mina tahun 2015 lalu. semuanya penuh sesak dan sesak. panas dan penuh keringat. untung saja tidak ada laki-laki yang ikut mepet-mepet dalam formasi itu.



ada pula para ibu yang membawa anaknya sampai si anak merasa pengap karena terhimpit bokong besar ibu-ibu di depannya, suara riuh karena keluhan ibu-ibupun meramaikan tempat ini yang penuh sesak. menurutku datang kesini adalah resiko, resiko karena jalan yang berdempetaan, resiko karena rela berdesakkan, jadi tidak mengeluh kalau mau berbelanja disini. kalau tidak mau berdesakkan ya lebih baik tidak usajh saja datang kesini untuk mendapatkan harga yang murah. aku masih belanjutkan sabarku sampai aku sampai menuju blok A untuk membeli bahan. aku pikir kalau tidak sekarang, mau kapan lagi? stok khimar ku sudah hampir habis dan aku bosan dengan warna yang setiap dua hari sekali hanya itu-itu saja.

ketika aku sudah hampir sampai menuju blok A, aku ingin kembali pulang dan mengurungkan niatku untuk melanjutkan perjalanan yang penuh sesak itu. tapi, pikiranku berubah, aku akhirnya membalikkan badanku untuk menyusuri jalan pintas menuju blok A. dan akhirnya sampailah aku di tempat penjual bahan.

tidak lama-lama disana, sebab aku sudah malas untuk banyak memilih. aku pilih saja warna yang sudah ada di imajinasiku tadi ketika aku berhimpitan dengan para ibu-ibu, kemudian khimarku aku langsung jahit setelah itu pulang.

ternyata penderitaanku bersama pengujung di tanah abang pun belum selesai.
aku memang melintasi jalan yang agak mulai renggang, aku bisa bernafas lega waktu itu.
tapi ketika aku akan kembali menuju gang arah stasiun??? daaaaanggggg!!!1 makin ramai dan ini tambah parah.
di tengah kemacetan yang berdesak-desakkan seperti itu, ada motor yang sedang berusaha untuk maju kedepan. aku memang agak kesal dengan motor itu, dan para pengunjung disana pun begitu. semuanya menghujat si pengendara motor, bahkan hampir saja adu jotos karena ulah si pengendara motor. aku hampir tidak mengerti, mungkin saja si pengendara motor itu adalah warga yang rumahnya dekat dengan pasar tanah abang?? ah positif thinking.

sampai akhirnya aku menemui gang yang menembus stasiun kereta.
tapi karena pengunjung yang membludak, sistem buka tutup seperti di puncak pun di terapkan. baiklah aku menunggu dan akhirnya aku naik kereta jurusan Tanah Abang - Parung. memang seharusnya kereta tujuanku adalah Tanah Abang - Maja. tapi melihat kondisi yang seperti ini sebaiknya aku menunggu kereta maja di parung saja. lebih aman dan aku bisa melanjutkan tidurku yang tertunda hehehe



tipsku ketika kalian pergi ke tanah Abang untuk berbelanja adalah :
jangan berbelanja menjelang hari raya h-15
kalau mau beli baju baru lebih baik, sebelum puasa. supaya ibadah puasa kalian lebih khusyu dan tidak lagi memikirkan baju lebaran.

yang kedua adalah, kalau belum bisa beli baju lebaran sebelum hari raya, pergilah ke tanah abang dalam keadaan kalian sedang liburan puasa (untuk yang perempuan ya) siapkan tenaga, sarapan dulu dan bawa air sebanyak-banyaknya. soalnya kalian akan berhadapan dengan ibu-ibu yang suka nginjek kaki kita seenaknya dan suka sikut-sikut2an.

yang ketiga adalah 
jangan bawa kendaraan, seperti mobil atau motor, lebih baik naik angkot atau kereta.
sebab kalian akan bete duluan, belum beli baju udah keburu bete kan karena macet.

yang ke empat adalah
datang lebih pagi, misalnya jam 8 waktu toko-toko baru pada buka. mendingan tungguin ajadeh dari pada desek-desekan
yaudah sekian deh cerita tanah abangnya semoga bermanfaat


Minggu, 26 Juni 2016

tak seharusnya



Masa lalu memanglah selalu menghantui
ketika kita tidak bisa beranjak untuk pergi
dan mencoba menghindar dari situasi itu.
seperti aku yang saat ini merasa bahwa...
masa lalu itu kembali lagi dan..
aku berada pada situasi dimana hatiku meronta untuk pergi.
Kenyataan tidak pernah lebih dari khayalan
tapi ketika kenyataan itu mencoba untuk menjelaskan,
aku selalu menghindar dan seakan bahwa pada akhirnya aku akan kembali kalah.

Saat ini aku hanya malu pada diriku sendiri,
aku malu karena aku terlalu banyak menuntut
aku menuntut karena keinginanku, tanpa aku memikirkan
bagaimana dengan orang lain.

Saat ini aku malu dan aku takut,
takut kalau perhatiannya kemarin tidak ia tampakkan karena ulahku
aku tidak seharusnya bertindak bodoh seperti itu
iya aku memang bodoh
aku merasa canggung sejak kejadian itu
dia memang seperti biasa mencoba untuk menampakkan
bahwa tidak terjadi apa-apa
tapi bagiku itu hanya usahanya saja meredakan situasi seperti semula
dari raut wajahnya tampak jelas bahwa ia mulai kecewa denganku
entahlah... aku jadi merasa takut

Aku tidak bisa memahami diriku
tidak bisa memahami orang lain
aku tidak bisa memahami lingkungan disekitarku

Aku hanya memikirkan diriku karena masa laluku yang masih menghantuiku saat ini
aku terlalu egois akan hal ini

Sekarang, apa yang aku inginkan darinya tidak sama dengan sekarang
aku takut ia menjaga jarak padaku
aku takut aku tidaklah bisa sedekat dahulu

Aku terlalu bodoh.

Aku harus berbuat apa untuk menutupi rasa maluku
menghilang dari pandangan?
rasanya tepat, sebab untuk apa aku menampakkan wajahku yang seperti ini
mungkin aku adaah orang tidak tahu malu kalau aku masih menampakkannya lagi

Aku malu karena aku tidak bersyukur di pertemukan lagi dengannya
aku hanyalah orang baru dalam hidupnya sampai aku meminta lebih darinya
aku ini siapa?

Kalau menunggu adalah jawaban, seharusnya aku tidak tanyakan sampai kapan aku harus menunggu.

Aku bodoh, aku merasa bertindak bodoh dan konyol
aku hanya memikirkan perasaanku
aku bodoh ya aku memang bodoh :”
harusnya aku menikmati setiap kebersamaan yang sering kali aku lewatkan
harusnya aku tidak terlalu jauh memikirkan masa yang belum saja jelas
harusnya aku diam, sampai waktunya tiba.

Ah aku memang perempuan bodoh :”

Selasa, 21 Juni 2016

Masih Sanggupkah??




bahkan rasanya aku sudah tidak sanggup lagi, sayang
tidak sanggup dan tidak mampu menahan keakuanku
tidak sanggup melawan keangkuhanmu

bahkan rasanya aku sudah tidak sanggup lagi
tidak sanggup menatap wajahmu berlama-lama
menggenggam tanganmu dengan eratnya
tidak sanggup mendengar suara lirihmu

bahkan aku rasanya tidak sanggup lagi
tidak sanggup menahan rasa temu dan tunggu
aku tidak sanggup
aku sudah terlalu lama untuk menunggu
akupun tidak akan sanggup mendengar yang seharusnya tidak aku dengar

bahkan aku rasanya tidak sanggup lagi, sayang
aku tidak sanggup menghapus air mataku sendiri
aku tidak sanggup berjalan pergi menghampiri
rasanya aku mulai ringkih
rasanya aku sebentar lagi akan mati

kalaupun ini adalah yang terakhir,
maka biarkan aku berjalan jauh sendiri
tak perlu kau cari
biarkan aku pergi sampai akhirnya mati


Sabarmu tak lebih unggul dariku




Kamu bilang, kamu adalah orang yang sabar
sabar dalam hal apa??
bahkan meladeni setiap ceritaku pun kamu belum mampu

Kamu bilang, kamu adalah orang yang sabar
sabar yang bagaimana?
bahkan meredam emosiku pun kamu belum bisa

Kamu bilang, kamu adalah orang yang sabar
sabar yang seperti apa?
bahkan setiap kebosananmu kepadaku pun kamu belum mampu untuk mengatasinya

Aku merasa aku lebih unggul dalam hal itu,
Ya aku bisa saja sabar menunggu kamu berbicara denganku dalam waktu yang lama
aku bisa saja sabar menahan rindu yang.. entah kamu pun sanggup atau tidak merasakannya

aku bisa saja sabar ...

Sabar dalam hal apapun itu..
Karena aku sudah terlatih salam hal ini..
Aku pernah menunggu kepastian selama empat tahun tapi nyatanya aku tidak pernah diinginkan dalam hidupnya

aku sabar karena aku sering kali dikecewakan
aku pernah mempertahankan kesabarkan sampai habis masanya
aku pernah mempertahankan hubungan yang entah akan dibawa kemana, tapi nyatanya aku yang dibuang ke jurang, aku dihempaskan, di acuhkan seakan aku tidak pernah di inginkan. 

Untuk itu, aku merasa diriku selalu unggul ketika kau bilang kalau kau adalah orang yang sabar.

Sabar dalam hal apa? Aku kira kamu bukanlah orang yang sabar. Sebab, untuk mengatasi masalah seperti ini pun harus aku lagi yang menahan. 

Sabar dalam hal apa? Bahkan untuk mengerti wanita pun kamu belum mampu.

sabar dalam hal apa? Meredam emosi? Akupun bisa melakukannya! Semua orang bisa!

Aku selalu sabar, dan aku lebih unggul dari itu.
karena aku telah ditampar berkali-kali dalam hal ini, aku hanya jadi bahan percobaan saja. Apalagi masalah rasa. Mungkin kamu tidak akan mengerti. Karena kamu tidak pernah mau mengerti.
mungkin kamu akan bilang, aku berlebihan, tapi wanita memang seperti itu.
kamu harus tahu, setiap wanita bisa mengerti lelakinya sedangkan lelakinya belum tentu bisa mengerti wanita.
setiap wanita bisa mempertahankan hubungan tetapi laki-laki belum tentu bisa, yang ada hanya ada kata menyerah dan melepaskan.
mereka bilang kalau mereka laki-laki, tapi aku selalu heran kenapa mereka dengan mudah menyerah dalam hal ini. sungguh aku tak pernah mengerti. menjalani, dicintai, lalu dilepaskan dengan berbagai alasan, lalu tersakiti itulah takdir menjadi wanita. lalu ia akan sabar mengobati rasa lukanya. aku rasa kamu kalah dalam hal ini.

Tulus hanya jadi bahan ejekan,
ya aku selalu sabar kalau aku memang hanya selalu dipermainkan.
Aku rasa, sabarku lebih unggul dari itu.

Sabtu, 18 Juni 2016

Saya tidak pernah mau meminta



 photo by : pinterest


Saya tidak pernah meminta kamu untuk memberikan hatimu untuk saya,
Saya juga tidak pernah meminta kamu untuk mengasihani saya,
Saya tidak pernah meminta kamu untuk iba terhadap saya,
Saya tahu, bahwa meminta sama saja saya mengemis.
Apakah saya harus mengemis rasa kepada kamu?
Tidak! 

Sebab, untuk perkara mencintai tidak harus dipaksa dan memaksa
Saya tidak memaksa kamu untuk mencintai saya atau terus menerus mencintai saya
Kalau memang kamu benar-benar mencintai saya,
Biarlah berjalan apa adanya, tanpa ada paksaan.
Perkara kamu kasihan dan berat hati untuk meninggalkan saya, itu bukan mau saya
Saya juga tidak pernah memaksa kamu untuk mengakui saya di depan teman-teman kamu,

Sebab, meminta artinya mengemis.
Meminta kamu mengakui saya artinya saya mengemis untuk diakui dalam hidup kamu
Saya tidak mau menjadi apa-apa dan tidak mau menjadi siapa-siapa agar saya dicintai oleh pasangan saya.
Kalau memang dia cinta kepada saya, maka biarkan saya seperti ini dan saya senang diajak untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Sekali lagi, meminta bukanlah bagian dari saya
Saya tidak memaksa kamu mencintai saya,
tidak mau dikasihani atas rasa saya.
tidak memaksa kamu pula untuk menjadi ikhlas mencintai saya.
Saya mau kamu memang benar-benar ikhlas menginginkan saya dan menjadikan saya dalam hidup kamu.

mencintailah dengan ikhlas
seperti angin yang dengan ikhlas berhembus menggugurkan dedaunan
seperti ombak yang mengikiskan karang
seperti api yang menghanguskan bara

Sabtu, 11 Juni 2016

Bunga terakhir untuk Karlina







Sudah tiga hari ini Arman hanya melihat Karlina terkulai lemah di balik kaca. Setelah kecelakaan yang menimpanya dan Karlina beberapa waktu lalu. Ia masih termenung, memikirkan keadaan istrinya yang masih terbaring lemah tak sadarkan diri di Rumah Sakit. Tubuhnya penuh dengan alat bantu agar Karlina bisa kembali bernafas. Bunga yang diberikan sebelum kecelakaan masih tersimpan rapih dalam pot bunga kesayangan Karlina.  Ya, Karlina suka sekali dengan bunga, apalagi dengan bunga Lily yang memiliki makna kesucian, menandakan bahwa cinta yang dimilki Karlina sangat tulus.

Arman dan Karlina sudah menikah hampir 5tahun, tapi mereka belum dikaruniai seorang buah hati. Arman pun selama ini tidak pernah menuntut Karlina untuk segera memiliki anak. Pernah sesekali Karlina meminta Arman untuk menikah dengan wanita lain agar ia mendapatkan keturunan. Tapi Arman menolak dan yakin kalau ia akan memiliki anak dari Karlina. Hasil buah cinta mereka.

Suatu hari, Karlina pernah membicarakan hal serius mengenai itu. Seperti biasa sebelum berangkat kerja, Karlina menyiapkan sarapan untuk Arman dan menikmatinya bersama. Karlina tahu kalau Arman sangat suka dengan roti yang dicampur dengan susu dan tidak diberi apa-apa lagi. Sederhana saja.

“mas, aku mau ngomong sama kamu” kata Karlina tampak serius
“kan kita setiap hari ngomong terus sayang, kamu lagi kenapa?” tanya Arman
“ehmm gapapa sih” katanya sambil perlahan mengunyah menahan apa yang akan ia katakan
“loh tadi katanya kamu mau ngomong.. hhh kamu tuh ya” kata Arman sambil tersenyum ke arah Karlina
“yaudah yuk berangkat, nanti kamu telat lagi masuk kerja”

Sesampainya di kantor, Karlina langsung bertemu dengan sekar, sahabatnya sejak SMA. Karlina membicarakan sesuatu yang sangat serius kepada Sekar.

“kar, gue mau cerita masalah hubungan gue sama Arman” kata Karlina menunduk sambil memainkan pulpen
“ada apalagi sama Arman? Bukannya rumah tangga kalian baik-baik aja? Tanya Sekar sambil mengaduk teh
“gue mau suruh Arman nikah sama orang lain. Gue ngerasa, kalo gue bukanlah istri yang baik buat Arman. Gue gabisa ngasih keturunan buat Arman kaarrr” dan seketika tangis Karlina meledak hinga meja yang ia sandarkan basah

“enggak, gak gitu Karlina, lo itu Cuma belum dikasih aja sama Tuhan. Sekarang gue tanya sama lo, apa lo udah coba buat periksa ke dokter atau lo pernah ikut program punya anak? Gue rasa lo belum coba kan”

Lalu Karlina mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya dan menggelengkan kepala sebagai isyarat kalau ia belum mencoba hal itu dengan Arman.

“nah, nanti lo pulang kerja, langsung ngomong sama Arman gimana kalo lo coba program dan lo konsultasi ke dokter, gak ada yang gak mungkin selama lo mau usaha. Lo belum coba aja udah nyerah duluan siih” tambah Sekar dan memberikan secangkir teh sebagai penenang

Setelah menerima saran dari Sekar, Karlina yang sudah pulang dari jam empat sore langsung berbenah diri menyambut kedatangan suaminya dan menyiapkan makan malam untuknya. Dengan perasaan yang sedikit lega Karlina pun berdandan untuk suaminya. mengurangi rasa lelah Arman.

Suara klakson mobil sudah terdengar di depan pintu, menandakan kalau Arman sudah sampai rumah. Langsung Karlina sedikit berlari membukakan pintu untuk Arman dan menyambut kedatangan suaminya yang tengah lelah seharian bekerja. Setelah membukakan pintu untuk Arman, Karlina memberikan senyuman yang sangat indah dan Arman pun melihat Karlina dengan sangat terpukau.

“waaaah istriku hari ini cantik sekali” kata Arman sambil memberikan tas kerjanya kepada Karlina
tapi Karlina hanya tersenyum dan menggandeng tangan Arman untuk segera masuk dan membawanya ke meja makan.

“kamu ada angin apa hari ini cantik banget?” tanya Arman sambil mengarahkan wajahnya ke Karlina dengan penuh cinta
“emang aku salah kalo aku cantik buat suami aku? Emang setiap hati aku gak cantik?” jawab Karlina sambil cemberut
“enggak gitu maksud aku, kamu lebih cantik dari hari-hari biasanya. Setiap hari kamu cantik kok. serius” kata Arman lagi sambil pindah ke samping Karlina dan merangkulnya.
setelah makan malam, Arman langsung membersihkan badannya yang sudah dipakai setelah seharian bekerja dan kembali duduk santai di ruang tv bersama Karlina, istri tercintanya. Karlina pun yang tengah asyik menonton tv mendadak serius ingin membicarakan sesuatu.
“mas” sahut Karlina
“hmmm”  jawab Arman
“ehmmm” Karlina masih belum berbicara sepatah katapun, ia merasa tidak enak untuk membicarakan hal ini
“kamu tuh kenapa sih sayang, dari tadi kok aneh mau ngomong” timpal Arman heran
“ehmm gini, aku mau ngomong sama kamu”
“iya ngomong aja kamu kayak mau ngomong sama pejabat aja” kata Arman tengah bercanda
“mas gimana kalo kita program punya anak, aku kepengeen banget ngasih kamu anak yang lucu, lagian apa salahnya kalo kita coba dulu? Kita kan selama ini juga belum coba dan periksa ke dokter kan?”

Seketika Arman diam dan langsung menatap istrinya
“kamu serius mau program?” tanya Arman heran
“loh kenapa? Aku salah ngomong ya?” tanya balik Karlina sambil kembali cemberut
“enggak sayaang, aku seneng aja kamu mau program, selama ini aku mau ngomong sama kamu tapi aku malah yang gaenak, takut kamu tersinggung aku ngomong begitu” lalu Arman kembali mengeluarkan senyuman bahagianya kepada Karlina
“Armannn, kamu itu yaa” kata Karlina dengan binar matanya yang sudah berteteskan airmata kebahagiaan. Lalu Arman memeluk Karlina

“kamu tuh istri aku, aku Cuma mau melakukan yang terbaik buat kamu, makanya kamu kalo ada apa-apa bilang sama aku, jangan diem aja. Aku jadi takut kalo kamu terlalu nyimpen masalah sendiri. Kamu bukan sekedar jadi istri aku aja Karlin, kamu bahkan bisa lebih dewasa dari aku kalo aku cerita, kalo urusan kantorku mendadak rumit. Kamu itu teman hidup akuu. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa pokoknya?” kata Arman menatap Karlina sambil memegang pipinya

Setelah dua hari mereka membicarakan hal itu, mereka langsung pergi ke dokter untuk periksa, apakah diantara mereka ada yang bermasalah atau tidak.

“Bapak Arman dan Ibu Karlina sudah berapa lama menikah?” tanya dokter kepada mereka
“ehmm sudah lima tahun dok” jawab Arman
“sudah hampir lima tahu dok” jawab Karlina berbarengan
“yang benar yang mana? Sudah lima tahun atau hampir lima tahun?” tanya dokter menatap keduanya dengan kacamata yang menyangkut di hidungnya
“sebenarnya mau lima tahun dok dua bulan lagi” jawab Arman
“ehmm begitu yaa, kalian berdua kerja?” tanyanya lagi
“iya dok, kami berdua kerja” jawab Arman lagi
“baiklah kalo gitu, setelah pemeriksaan tadi, kalian tidak ada masalah. Bisa punya anak. Hanya saja kalian harus punya waktu untuk relax dan melupakan pekerjaan. Terkadang kelelahan mempengaruhi kesuburan. Ini saya kasih vitamin dan kalian makannya harus teratur dan sehat . kalau bisa istri bapak ini bersedia untuk tidak kerja. Jangan sampai berpikir keras dahulu karena ada sedikit penyakit dalam rahimnya tapi tidak apa, bisa disembuhkan. Saran saya sih sebaiknya istri bapak ini bekerja dirumah saja. Gaji suaminya sudah cukup kan bu?” kata dokter sambil meledek Karlina

“sebenarnya sudah beberapa kali saya katakan pada istri saya dok untuk tidak bekerja lagi dikantor, karna saya gak tega liat perempuan ikut banting tulang padahal saya juga mampu” kata Arman
“nah ibu, bisa dengar kan dari suaminya” kata dokter ramah
lalu Karlina tersenyum , mengiyakan perkataan dokter tadi.

----

“pokoknya aku mau kamu mulai minggu depan resign dari kantor, aku gamau kamu kecapean. Iya aku tau kamu kuat, tapi kamu harus ingat Karlina, kamu itu perempuan, aku yang harusnya capek nyari uang untuk keluarga kita. Apa uang yang aku kasih ke kamu itu gak cukup?” kata Arman panjang lebar, Arman yang masih fokus mengendarai mobilpun heran, kenapa istrinya tidak menyahut sama sekali omongannya itu.

Ketika nengok ke sebelah kirinya, ternyata ia dapati istrinya sudah tertidur pulas dengan kepala yang sudah menyender. Lalu Arman pun menarik napas sambil menggelengkan kepalanya

“hhhhuuuff dasar, istriku kebiasan kalo udah kena Ac pasti langsung tidur. Jadi aku dari tadi ngomong sendiri??, ngomong sama orang tiduur”

Setelah sampai dirumah, Arman yang tidak tega membangunkan istrinyapun menggendong Karlina pindah ke kamar dan menyelimuti istrinya.

Sementara itu Arman mengolah masakan di dapur, membuatkan bubur dan sup untuk istrinya makan sore ini. seperti itulah mereka, terkadang bergantian memasak untuk menyenangkan satu sama lain.

“mas, maaf aku ketiduran hehe”
“ooh jadi nyonya besar sudah bangun? Dari tadi aku ngomong sama kamu gak taunya kamu malah tidur”
“hehe maafkan akuu suami akuuu” kata Karlina sambil memeluk Arman dari belakang
“loh kok badan kamu panas ya?” tanya Arman
“aku kecapean aja kok”
“nggak sayang, kamu itu demam. Udah nih kamu duduk aku suapin bubur mumpung masih hangat”
Lalu Arman menyuapkan Karlina dengan penuh kasih sayang.

----

seperti biasa, Arman mengantarkan Karlina sampai kantornya . mengecup pipinya dan memeluk istrinya dengan erat.

“nanti kita ketemu lagi dirumah yah kamu jangan lupa makan dan inget, jangan makan yang macam-macam” pesan Arman kepada Karlina

“baiklah suami aku yang bawel hehe” jawab Karlina bercanda

Karlina langsung menghampiri Sekar yang sedang menikmati secangkir teh di mejanya

“pagiii Sekarr” sapa Karlina riang
“hemm ada apa lo pagi-pagi gini? Tumbenan”
“gue udah ngomong sama suami gue masalah program itu”
“trus trus gimana, Arman mau?” tanya Sekar serius
“iyaaa dia mauu gue terharu banget, ternyata dari awal Arman udah ngerencanain hal ini tapi dia gaenak buat bilangnya, gamau bikin gue sedih” jawab Karlina
“tuh kan apa gue bilang, elo sih suka keras kepala kalo dikasih taunya
“tapi gue harus resign kerja minggu depan, gue mau fokus buat program ini. gue gamau ngecewain suami gue kar, gue mau suami gue bahagia sama gue walaupun dia ngerasa cukup milikin gue” kata Karlina

“yaudah gapapa untuk kebaikan kalian, gue selalu doain temen gue semoga mendapatkan yang terbaik, duh gue jadi gak sabar mau main-main sama anak lo dan Arman”  kata Sekar sumringah


----

Arman masih menyiapkan materi untuk meeting hari ini, seketika ada yang mengetuk pintu ruangannya

‘tok tok tok’

“ya silahkan masuk”

Ternyata Siska, assistan atasannya sekaligus mantan kekasihnya semasa SMA dulu. Mereka memang satu kantor dan Karlina mengetahui hal itu, tapi sejauh ini Karlina selalu baik dengan mantan Arman yang satu itu. Siska sering beberapa kali meminta hati Arman tapi beberapa kali pula Arman menolak dan mencoba bersikap profesional atas kerjaannya itu.

“ada apa sis?” tanya Arman
“ini, ada berkas yang mau dikasih ke kamu dari pak Andy, beliau gak bisa ikut rapat jadi dia minta aku sama kamu yang ikut” jelas Siska
“oh gitu yaudah taro aja disitu, saya masih sibuk” kata Arman sambil membereskan berkas


“ehmm Arman” tambah Siska
“ya , ada apalagi?” tanya Arman
“ habis rapat, kita bisa makan siang bareng?” tanya Siska
“ehm habis rapat saya mau antar Karlina ke Rumah sakit” jawab Arman singkat.
“kenapa sih kamu gak pernah mau sama ajakan aku? Apa aku sejahat itu sama kamu?”  kata Siska dengan nada kesal
“Siska, asal kamu tahu ya hubungan kita sudah selesai. Saya dan kamu gak punya urusan lagi kecuali urusan Kantor!. Kamu sudah punya suami dan anak. Kenapa kamu gak makan siang aja sama mereka?”
“tapi aku gak bahagiaa Arman, aku Cuma bahagia setiap kali aku selalu menjadi tim kerja bareng kamu”
“aku gak peduli!! Itu urusan kamu, rumah tangga kamu. Kenapa kamu mau nikah kalo kamu gak ngerasa bahagia. Itu sudah pilihan kamu. Dan saya ingatkan berkali-kali sama kamu ya. Jangan pernah coba buat hancurin rumah tangga saya sama Karlina. saya bahagia memiliki dia” sahut Arman


“tapi Karlina gak bisa kan ngasih kamu anak” triak Siska
“udah cukup Siska, sekarang kamu keluar dari ruangan saya dan saya ingatkan sekali lagi sama kamu. Jangan pernah urusi rumah tangga saya dengan Karlina. Silahkan kamu urusi saja rumah tangga kamu!!”.

Lalu Siska keluar dan mendobrak pintu ruangan Arman. Semua pegawai yang berada disana heran apa yang terjadi dengan Arman dan Siska. Sebenarnya jadwal Karlina untuk chechk up hari ini tidak ada dan  Arman sebenarnya sudah malas dengan Siska. Arman adalah orang yang konsisten dengan omongannya. Setelah sekian lama Siska mengkhianati dia, Arman memutuskan untuk tidak kembali kepada Siska dan ia menemukan Karlina yang jauh lebih baik dari Siska.


Setelah meeting selesai, Arman kembali ke kantor untuk mengambil barang yang masih tertinggal di ruangan. Ketika Arman keluar pintu, ia berpapasan dengan Siska yang juga akan pulang. Arman bergegas masuk lift dan tidak memperdulikan Siska. Saat ini Arman hanya ingin menemui istri tercintanya dirumah.

----


“kamu udah beresin barang-barang kamu dikantor?” tanya Arman sambil membereskan tempat tidurnya
“udah sedikit-sedikit. Nanti kamu bantuin aku ya angkat barang-barang yang masih ketinggalan”
“iya dong sayaang, nanti aku bantuin kamu. Eh kita udah lama ya gak jenguk ibu. Besok kan libur gimana kalo kita kesana?”
“tapi mas? Apa sebaiknya kita tunda dulu sampe program ini selesai? Aku mau kasih surprise ke ibu kamu”
“ehmmm kalo gitu baiklah. Aku mau yang terbaik aja. Gimana enaknya kamu aja yaah tapi aku hari senin mau mampir kerumah ibu, udah lama gak bawain itu Sop Iganya Pak marwan. Kamu inget kan yang dulu sering kita makan itu di belakang rumah?”
“iya inget. Itukan waktu kamu lagi rajin-rajinnya deketin aku hahaha”
“hahaa iya yaa kamu masih inget aja ih, aku maluu tauk” kata Arman sambil menutup bukunya yang ia baca

----

Setelah Karlina resign dari pekerjaanya, ia memulai hari-harinya sebagai seorang istri sepenuhnya . menyiapkan sarapan untuk suaminya tercinta, mengurus rumahnya agar semakin nyaman di huni dan juga menunggu sang buah hati lahir melengkapi rumahnya ini. Program untuk memiliki keturunan pun dijalaninya saat itu, pola makannya pun sangat dijaga oleh Arman dan istirahatnya pun cukup. Sehinga tenaganya tidak terlalu di porsir untuk ukuran wanita. Arman pun sangat menjaga kesehatan Karlina agar ia tidak terlalu kelelahan. Setiap hari Arman selalu membawakan bunga Lily kesukaan Karlina dan ia menyukai hal itu.

Suatu hari, Karlina merasakan badannya tidak enak dan selalu mual-mual bahkan sampai harus di opname. Ternyata program untuk memiliki anakpun berhasil mereka lakukan.  Karlina ternyata sudah mengandung dengan usia kandungan 3,5 bulan. Arman yang saat itu tahu kalau Karlina hamil, langsung memberitahu ibunya, ibunya lantas bahagia mendengar kabar kalau Karlina hamil dan akan memberikan sang ibu seorang cucu. Mengenai jenis kelamin ia tidak pernah peduli, ia selalu berdoa semoga anak ada dalam Karlina selalu sehat.

Setelah pulang dari Rumah sakit, hari-hari Karlina seperti ibu hamil pada umumnya, ia merasakan kondisi yang payah pada kehamilan pertamanya itu. Arman semakin khawatir dengan kondisi kehamilannya. Sehingga Arman harus meminta tolong ibunya untuk menemani Karlina dirumah. Walaupun ada assistant rumah tangga, tapi Arman merasa kalau Karlina harus didampingi oleh orang terdekat. Ibu Arman sangat baik dan juga sayang kepada Karlina, bahkan ibunya menganggap seperti anak kandungnya sendiri. Maklum saja kalau Arman disayang ibunya, sebab hanya dialah yang satu-satunya anak yang masih hidup setelah kepergian kakaknya menghadap Sang Ilahi karena kecelakaan beberapa tahun lalu.

Setelah kondisi Karlina membaik, ibunya memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Arman, ibunya ingin merawat Karlina sampai ia melahirkan dan melihat cucunya lahir. Lima bulan lebih sepuluh hari kandungannya saat itu, Karlina meminta ibunya untuk mengajarkan membuat kue kesukaan Arman. Mendengarkan cerita masa kecil Arman, sampai menceritakan kalau Arman pernah terjatuh dari pagar rumah karena ia mau mengambil layangan yang putus. Karlina senang dan tertawa dan rasanya tidak ingin melewatkan satu ceritapun tentang Arman dari ibunya. Setiap kali ibunya ingin bercerita, Karlina selalu merasa senang dan tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan sampai mantan kekasihnya yang bernama Siska pun sang Ibu ceritakan. Tidak ada sedikitpun rasa cemburu kepada Siska, karena Karlina yakin hanya dialah yang Arman cintai.

Suatu hari, tidak seperti biasanya kelakuan Karlina begitu aneh, ia selalu menangis kalau mendengar kata perpisahan. Menangis sejadi-jadinya, seakan ia akan berpisah dengan orang terkasihnya. Ia duduk di halaman depan rumahnya, melihat bunga Lily kesukaannya yang sudah layu dan menggantikan bunga Lily yang Arman berikan semalam.  Selama tiga hari Karlina meminta Arman untuk membawakan bunga Lily sebanyak mungkin, agar rumahnya terlihat cantik dengan bunga yang Arman berikan. Tampak suci dan lebih elegan. Satu-satu ia perhatikan bunga Lily itu, ia sudah membayangkan kalau rumahnya akan ramai karena sudah dilengkapi anak kecil lucu yang akan memanggilnya ‘Ibu’. Angan-angan itu semakin kuat ia rasakan. Setelah melihat-lihat bunga kesayangannya, ia meminta Ibu bercerita lagi tentang Arman, tapi kali ini tidak seperti biasa, Karlina meminta izin untuk menaruh kepalanya di pangkuan sang ibu dan memintanya pula untuk mengusap rambutnya yang sudah tampak panjang sampai ia tertidur. Arman yang baru pulang kerja pun melihat kelakuan istrinya yang sedang dimanja oleh sang ibu. Karlina sudah beberap hari memakai pakaian putih bersih, katanya ia ingin terlihat lebih segar.

Malam itu, Arman mengajak Karlina makan malam di restouran yang sudah ia pesan khusus untuk mereka berdua, lagi-lagi Karlina mengenakan gaun putih dengan perutnya yang tampak membuncit karena usia kandungannya sudah enam bulan. Malam itu Karlina tampak cantik, lebih cantik dari biasanya. Arman sampai terpana melihat Karlina seperti Putri Raja yang akan di ajak berkencan dengan sang pangeran.  Arman mempersilahkan Karlina duduk berhadapan dengannya, mejanya dipenuhi dengan bunga Lily yang sudah di berikan parfum agar suasana semakin romantis. Alunan musik dari piano melantun indah, membuat Karlina ingin berlama-lama dengan Arman. Mereka berdua berdansa dan seketika Karlina memeluk Arman dengan erat, dan ia meneteskan air mata. Arman yang menyadari hal itu langsung mengusap air mata yang mengalur ke pipi istrinya itu

“kamu kenapa sayang?” tanya Arman
“gapapa, aku Cuma takut”
“kamu gak akan apa-apa, ibu hamil itu wajar kalau merasakan takut akan melahirkan”

Karlina hanya tersenyum dan kembali memeluk erat Arman dan berbisik

“aku gak mau kamu ninggalin aku Arman, aku gak mau. Aku sayang sama kamu”
“aku juga sayang sama kamu, kamu adalah perempuan yang sabar yang aku temui. Aku Cuma mau kamu... dan buah hati kita nanti”

----

Karena hari sudah malam dan udaranya tidak bagus untuk Karlina, mereka akhirnya pulang. Ketika akan masuk mobil kunci mobilnya terjatuh dan Arman harus mencarinya bahkan kembali ke tempat tadi. Hampir setengah jam mencari kunci mobil, akhirnya Arman kembali dan menghampiri Karlina yang tengah kedinginan.

“maaf lama sayang” kata Arman sambil mencium perut Karlina
Pada saat itu mobil yang di kendarai Arman tampak aneh, beberapa kali dinyalakan tidak bisa, sampai ketiga kali ia nyalakan barulah mobil itu jalan.

Kecepatan mobil yang Arman kendarai tidak begitu cepat, bahkan melaju sedang. Tiba-tiba ada mobil dari arah berlawanan dengan kecepatan kurang lebih 120 km/jam dengan lampu yang menyorot ke arah mobil Arman, sampai Arman tidak bisa mengendalikan mobilnya itu. Ia kaget dan akhirnya membelokkan stirnya ke kanan lalu menyerempet mobil tadi sampai mobil yang dikendarainya berputar dan menabrak Truk yang sedang melintas. Mobil itu terguling dan kaca depan pecah. Kejadian itu begitu cepat . Arman melihat sayup-sayup wajah istrinya yang sudah di penuhi dengan darah dan matanya terpejam. Gaun putih yang Karlina kenakan berubah warna menjad merah. Arman hanya bisa menangis dan menahan sakit. Ia memikirkan kondisi sang istri dan calon bayi yang ada di dalam perutnya.

Tak berapa lama kemudian beberapa ambulance datang dan juga mobil polisi. Arman masih sadar bahkan masih bisa melihat istrinya diangkut oleh  petugas kedalam ambulance. Wajahnya yang tampak tenang mengingatkan perkataan Karlina bahwa ia saat itu takut. Karlina sudah terkulai lemah tidak sadarkan diri. Arman hanya bisa menangis. Dan mereka dibawa ke Rumah Sakit.

Ibunya Arman pada saat itu langsung bergegas menuju Rumah sakit dengan taxi, ia langsung mencari menantunya dan juga anaknya. Ibunya menuju ruang ICU dan melihat dari luar kalau sang menantu sedang kerumuni oleh dokter dan para assistan dokter.

Ibunya menahan tangis, memikirkan bagaimana nasib anaknya ketika mengetahui kalau istri dan calon bayinya sedang berada di ambang kematian. Ibunya merasa terpukul dan menahan sesak didada , membayangkan Karlina beberapa waktu lalu memintanya untuk menceritakan tentang Arman sampai ia terpulas di pangkuannya. Mengingat kalau beberapa hari ini Karlina selalu mengenakan baju putih.

Ibu menghampiri ruangan Arman yang tampak tenang tertidur. Ia perhatikan wajahnya dengan tenang, mengusap wajahnya dengan keikhlasan. Sampai Arman terbangun mencari istri dan calon bayinya.

---


Arman sudah pasrah dengan takdir yang akan ia terima nantinya. Ia hanya bisa melihat istrinya terbujur kaku dengan alat-alat yang dipasangkan oleh dokter. Perasaan bersalah selalu menghantunya saat ini. andai malam itu ia tidak mengajaknya pergi makan malam, pasti kecelakaan itu tidak akan terjadi. Tangisannya kembali membuncah, ia terisak sejadi-jadinya. Sebentar lagi dokter akan mengabarkan perkembangan dari kondisi Karlina dan juga janinnya.

Akhirnya dokter memeriksa kondisi Karlina, Dokterpun juga bilang kalau kondisinya tidak ada perkembangan selama seminggu ini. jalan satu-satunya adalah melepas semua alat yang menempel pada tubuh Karlina. Arman pun pasrah dan menerima keputusan dokter. Arman semakin tidak tega melihat istrnya menahan sakit seperti itu. Arman menerima takdir Tuhan yang menimpa dirinya.

Ia melihat dengan mata kepalanya semua alat yang ada di wajah Karlina di lepas. Wajah cantiknya kini tidak tertupup dengan alat bantu pernapasan. Ia masuk kedalam ruangan itu, memperhatikan wajah cantiknya, putih, bersih, dan tenang. Sesekali ia mencium tangan dan wajahnya. Sesekali pula ia menangis di samping istrinya yang sudah tidak bernyawa. Wajahnya sudah dingin dan terbujur kaku. Ia mengusap perutnya yang didalamya terdapat hasil cinta mereka. Perlahan Arman menutupkan kain ke wajah Karlina.

“bu, aku ikhlas” kata Arman kepada ibunya sambil kembali terisak semakin kuat

----

Sehari setelah pemakaman Karlina, Arman masih melihat ruangan yang biasa ia gunakan untuk bercanda, melepas lelah dan mengobrol sebelum tidur. Piyama tidurnya pun masih rapi di gantung. Ia melihat meja riasnya yang biasa Karlina gunakan. Arman menemukan satu surat di bawah botol Parfum miliknya. Ternyata surat itu dari Karlina akhirnya Arman membuka surat itu

“untuk suamiku tercinta,
Ini adalah surat cinta pertamaku untuk seorang laki-laki yang selama ini mencintai aku seutuhnya, 

suamiku
Arman, aku beruntung memiliki kamu yang tidak pernah mengeluh mendengarkan setiapkeluhanku, aku beruntung memiliki kamu yang selalu bisa menenagkan aku. Aku beruntung memiliki kamu yang selalu menjaga perasaanku. Walaupun kamu tahu aku bukanlah perempuan pencemburu. lalu memendam rasa cemburuku dan selalu aku luapkan dengan caraku. Aku ingin membuatmu merasa bahagia kalau di dekatku. Aku mau kamu selalu berada di sisiku. Walaupun kita tidak pernah tahu sampai kapan kita hidup.  Aku mencintaimu dengan caraku, begitupun kamu. Walaupun terkadang aku merasa kamu laki-laki yang kurang romantis hehe tapi dengan kejutan yang selalu kamu berikan padaku, membuatku semakin berbunga-bunga. 
Suamiku, aku mau kamu tahu. Kamu adalah temanku, teman hidupku. Kamu bisa menjadi seorang kakak, kamu bisa menjadi seorang ibu yang setiap kali aku butuh pelukan ibu. Kamu adalah suami terbaikku dimana ketika aku selalu berada didekatmu aku selalu merasa tak mau jauh denganmu. 

Arman,berpisah, rasanya aku sanat benci dengan itu. tapi aku merasa aku harus pulang. Pulang dimana kita dulu di ciptakan. Kamu jangan sedih kalau aku pulang nanti. Kita akan bersama lagi bersama anak kita nanti. Maafkan aku Arman kalau aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu, aku selalu berusaha menjadi istri yang istimewa walaupun kamu tidak pernah menunutku untuk menjadi ini itu.  Aku mencintaimu suamiku... selalu


. Karlina”

Sehari setelah Arman membaca Surat dari Karlina, ia pergi ke pemakaman membawa seikat bunga Lily kesukaan Karlina. Arman yang mengenakan kemeja putih tampak gagah dan bersahaja.
bunga Lily itu ditaruhnya di atas kuburan Karlina. Ia berdoa semoga anak daan istrinya di berikan tempat terindah di sisi Tuhan.

“terimakasih Karlina istriku, kamu sudah membuat hari-hariku menjadi istimewa. Aku akan merindukanmu, merindukan cerita-cerita kita, merindukan tingkahmu yang terkadang seperti anak kecil, aku akan merindukanmu selalu”

Arman membalikkan badannya, dan ia melihat di kejauhan. Karlina dengan gaun putih yang ia kenakan bersama anak perempuan cantik disampingnya.

Arman berbisik “Karlina, itukah anak kita?”


-         -  Selesai  -