Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Juni 2016

Bunga terakhir untuk Karlina







Sudah tiga hari ini Arman hanya melihat Karlina terkulai lemah di balik kaca. Setelah kecelakaan yang menimpanya dan Karlina beberapa waktu lalu. Ia masih termenung, memikirkan keadaan istrinya yang masih terbaring lemah tak sadarkan diri di Rumah Sakit. Tubuhnya penuh dengan alat bantu agar Karlina bisa kembali bernafas. Bunga yang diberikan sebelum kecelakaan masih tersimpan rapih dalam pot bunga kesayangan Karlina.  Ya, Karlina suka sekali dengan bunga, apalagi dengan bunga Lily yang memiliki makna kesucian, menandakan bahwa cinta yang dimilki Karlina sangat tulus.

Arman dan Karlina sudah menikah hampir 5tahun, tapi mereka belum dikaruniai seorang buah hati. Arman pun selama ini tidak pernah menuntut Karlina untuk segera memiliki anak. Pernah sesekali Karlina meminta Arman untuk menikah dengan wanita lain agar ia mendapatkan keturunan. Tapi Arman menolak dan yakin kalau ia akan memiliki anak dari Karlina. Hasil buah cinta mereka.

Suatu hari, Karlina pernah membicarakan hal serius mengenai itu. Seperti biasa sebelum berangkat kerja, Karlina menyiapkan sarapan untuk Arman dan menikmatinya bersama. Karlina tahu kalau Arman sangat suka dengan roti yang dicampur dengan susu dan tidak diberi apa-apa lagi. Sederhana saja.

“mas, aku mau ngomong sama kamu” kata Karlina tampak serius
“kan kita setiap hari ngomong terus sayang, kamu lagi kenapa?” tanya Arman
“ehmm gapapa sih” katanya sambil perlahan mengunyah menahan apa yang akan ia katakan
“loh tadi katanya kamu mau ngomong.. hhh kamu tuh ya” kata Arman sambil tersenyum ke arah Karlina
“yaudah yuk berangkat, nanti kamu telat lagi masuk kerja”

Sesampainya di kantor, Karlina langsung bertemu dengan sekar, sahabatnya sejak SMA. Karlina membicarakan sesuatu yang sangat serius kepada Sekar.

“kar, gue mau cerita masalah hubungan gue sama Arman” kata Karlina menunduk sambil memainkan pulpen
“ada apalagi sama Arman? Bukannya rumah tangga kalian baik-baik aja? Tanya Sekar sambil mengaduk teh
“gue mau suruh Arman nikah sama orang lain. Gue ngerasa, kalo gue bukanlah istri yang baik buat Arman. Gue gabisa ngasih keturunan buat Arman kaarrr” dan seketika tangis Karlina meledak hinga meja yang ia sandarkan basah

“enggak, gak gitu Karlina, lo itu Cuma belum dikasih aja sama Tuhan. Sekarang gue tanya sama lo, apa lo udah coba buat periksa ke dokter atau lo pernah ikut program punya anak? Gue rasa lo belum coba kan”

Lalu Karlina mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya dan menggelengkan kepala sebagai isyarat kalau ia belum mencoba hal itu dengan Arman.

“nah, nanti lo pulang kerja, langsung ngomong sama Arman gimana kalo lo coba program dan lo konsultasi ke dokter, gak ada yang gak mungkin selama lo mau usaha. Lo belum coba aja udah nyerah duluan siih” tambah Sekar dan memberikan secangkir teh sebagai penenang

Setelah menerima saran dari Sekar, Karlina yang sudah pulang dari jam empat sore langsung berbenah diri menyambut kedatangan suaminya dan menyiapkan makan malam untuknya. Dengan perasaan yang sedikit lega Karlina pun berdandan untuk suaminya. mengurangi rasa lelah Arman.

Suara klakson mobil sudah terdengar di depan pintu, menandakan kalau Arman sudah sampai rumah. Langsung Karlina sedikit berlari membukakan pintu untuk Arman dan menyambut kedatangan suaminya yang tengah lelah seharian bekerja. Setelah membukakan pintu untuk Arman, Karlina memberikan senyuman yang sangat indah dan Arman pun melihat Karlina dengan sangat terpukau.

“waaaah istriku hari ini cantik sekali” kata Arman sambil memberikan tas kerjanya kepada Karlina
tapi Karlina hanya tersenyum dan menggandeng tangan Arman untuk segera masuk dan membawanya ke meja makan.

“kamu ada angin apa hari ini cantik banget?” tanya Arman sambil mengarahkan wajahnya ke Karlina dengan penuh cinta
“emang aku salah kalo aku cantik buat suami aku? Emang setiap hati aku gak cantik?” jawab Karlina sambil cemberut
“enggak gitu maksud aku, kamu lebih cantik dari hari-hari biasanya. Setiap hari kamu cantik kok. serius” kata Arman lagi sambil pindah ke samping Karlina dan merangkulnya.
setelah makan malam, Arman langsung membersihkan badannya yang sudah dipakai setelah seharian bekerja dan kembali duduk santai di ruang tv bersama Karlina, istri tercintanya. Karlina pun yang tengah asyik menonton tv mendadak serius ingin membicarakan sesuatu.
“mas” sahut Karlina
“hmmm”  jawab Arman
“ehmmm” Karlina masih belum berbicara sepatah katapun, ia merasa tidak enak untuk membicarakan hal ini
“kamu tuh kenapa sih sayang, dari tadi kok aneh mau ngomong” timpal Arman heran
“ehmm gini, aku mau ngomong sama kamu”
“iya ngomong aja kamu kayak mau ngomong sama pejabat aja” kata Arman tengah bercanda
“mas gimana kalo kita program punya anak, aku kepengeen banget ngasih kamu anak yang lucu, lagian apa salahnya kalo kita coba dulu? Kita kan selama ini juga belum coba dan periksa ke dokter kan?”

Seketika Arman diam dan langsung menatap istrinya
“kamu serius mau program?” tanya Arman heran
“loh kenapa? Aku salah ngomong ya?” tanya balik Karlina sambil kembali cemberut
“enggak sayaang, aku seneng aja kamu mau program, selama ini aku mau ngomong sama kamu tapi aku malah yang gaenak, takut kamu tersinggung aku ngomong begitu” lalu Arman kembali mengeluarkan senyuman bahagianya kepada Karlina
“Armannn, kamu itu yaa” kata Karlina dengan binar matanya yang sudah berteteskan airmata kebahagiaan. Lalu Arman memeluk Karlina

“kamu tuh istri aku, aku Cuma mau melakukan yang terbaik buat kamu, makanya kamu kalo ada apa-apa bilang sama aku, jangan diem aja. Aku jadi takut kalo kamu terlalu nyimpen masalah sendiri. Kamu bukan sekedar jadi istri aku aja Karlin, kamu bahkan bisa lebih dewasa dari aku kalo aku cerita, kalo urusan kantorku mendadak rumit. Kamu itu teman hidup akuu. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa pokoknya?” kata Arman menatap Karlina sambil memegang pipinya

Setelah dua hari mereka membicarakan hal itu, mereka langsung pergi ke dokter untuk periksa, apakah diantara mereka ada yang bermasalah atau tidak.

“Bapak Arman dan Ibu Karlina sudah berapa lama menikah?” tanya dokter kepada mereka
“ehmm sudah lima tahun dok” jawab Arman
“sudah hampir lima tahu dok” jawab Karlina berbarengan
“yang benar yang mana? Sudah lima tahun atau hampir lima tahun?” tanya dokter menatap keduanya dengan kacamata yang menyangkut di hidungnya
“sebenarnya mau lima tahun dok dua bulan lagi” jawab Arman
“ehmm begitu yaa, kalian berdua kerja?” tanyanya lagi
“iya dok, kami berdua kerja” jawab Arman lagi
“baiklah kalo gitu, setelah pemeriksaan tadi, kalian tidak ada masalah. Bisa punya anak. Hanya saja kalian harus punya waktu untuk relax dan melupakan pekerjaan. Terkadang kelelahan mempengaruhi kesuburan. Ini saya kasih vitamin dan kalian makannya harus teratur dan sehat . kalau bisa istri bapak ini bersedia untuk tidak kerja. Jangan sampai berpikir keras dahulu karena ada sedikit penyakit dalam rahimnya tapi tidak apa, bisa disembuhkan. Saran saya sih sebaiknya istri bapak ini bekerja dirumah saja. Gaji suaminya sudah cukup kan bu?” kata dokter sambil meledek Karlina

“sebenarnya sudah beberapa kali saya katakan pada istri saya dok untuk tidak bekerja lagi dikantor, karna saya gak tega liat perempuan ikut banting tulang padahal saya juga mampu” kata Arman
“nah ibu, bisa dengar kan dari suaminya” kata dokter ramah
lalu Karlina tersenyum , mengiyakan perkataan dokter tadi.

----

“pokoknya aku mau kamu mulai minggu depan resign dari kantor, aku gamau kamu kecapean. Iya aku tau kamu kuat, tapi kamu harus ingat Karlina, kamu itu perempuan, aku yang harusnya capek nyari uang untuk keluarga kita. Apa uang yang aku kasih ke kamu itu gak cukup?” kata Arman panjang lebar, Arman yang masih fokus mengendarai mobilpun heran, kenapa istrinya tidak menyahut sama sekali omongannya itu.

Ketika nengok ke sebelah kirinya, ternyata ia dapati istrinya sudah tertidur pulas dengan kepala yang sudah menyender. Lalu Arman pun menarik napas sambil menggelengkan kepalanya

“hhhhuuuff dasar, istriku kebiasan kalo udah kena Ac pasti langsung tidur. Jadi aku dari tadi ngomong sendiri??, ngomong sama orang tiduur”

Setelah sampai dirumah, Arman yang tidak tega membangunkan istrinyapun menggendong Karlina pindah ke kamar dan menyelimuti istrinya.

Sementara itu Arman mengolah masakan di dapur, membuatkan bubur dan sup untuk istrinya makan sore ini. seperti itulah mereka, terkadang bergantian memasak untuk menyenangkan satu sama lain.

“mas, maaf aku ketiduran hehe”
“ooh jadi nyonya besar sudah bangun? Dari tadi aku ngomong sama kamu gak taunya kamu malah tidur”
“hehe maafkan akuu suami akuuu” kata Karlina sambil memeluk Arman dari belakang
“loh kok badan kamu panas ya?” tanya Arman
“aku kecapean aja kok”
“nggak sayang, kamu itu demam. Udah nih kamu duduk aku suapin bubur mumpung masih hangat”
Lalu Arman menyuapkan Karlina dengan penuh kasih sayang.

----

seperti biasa, Arman mengantarkan Karlina sampai kantornya . mengecup pipinya dan memeluk istrinya dengan erat.

“nanti kita ketemu lagi dirumah yah kamu jangan lupa makan dan inget, jangan makan yang macam-macam” pesan Arman kepada Karlina

“baiklah suami aku yang bawel hehe” jawab Karlina bercanda

Karlina langsung menghampiri Sekar yang sedang menikmati secangkir teh di mejanya

“pagiii Sekarr” sapa Karlina riang
“hemm ada apa lo pagi-pagi gini? Tumbenan”
“gue udah ngomong sama suami gue masalah program itu”
“trus trus gimana, Arman mau?” tanya Sekar serius
“iyaaa dia mauu gue terharu banget, ternyata dari awal Arman udah ngerencanain hal ini tapi dia gaenak buat bilangnya, gamau bikin gue sedih” jawab Karlina
“tuh kan apa gue bilang, elo sih suka keras kepala kalo dikasih taunya
“tapi gue harus resign kerja minggu depan, gue mau fokus buat program ini. gue gamau ngecewain suami gue kar, gue mau suami gue bahagia sama gue walaupun dia ngerasa cukup milikin gue” kata Karlina

“yaudah gapapa untuk kebaikan kalian, gue selalu doain temen gue semoga mendapatkan yang terbaik, duh gue jadi gak sabar mau main-main sama anak lo dan Arman”  kata Sekar sumringah


----

Arman masih menyiapkan materi untuk meeting hari ini, seketika ada yang mengetuk pintu ruangannya

‘tok tok tok’

“ya silahkan masuk”

Ternyata Siska, assistan atasannya sekaligus mantan kekasihnya semasa SMA dulu. Mereka memang satu kantor dan Karlina mengetahui hal itu, tapi sejauh ini Karlina selalu baik dengan mantan Arman yang satu itu. Siska sering beberapa kali meminta hati Arman tapi beberapa kali pula Arman menolak dan mencoba bersikap profesional atas kerjaannya itu.

“ada apa sis?” tanya Arman
“ini, ada berkas yang mau dikasih ke kamu dari pak Andy, beliau gak bisa ikut rapat jadi dia minta aku sama kamu yang ikut” jelas Siska
“oh gitu yaudah taro aja disitu, saya masih sibuk” kata Arman sambil membereskan berkas


“ehmm Arman” tambah Siska
“ya , ada apalagi?” tanya Arman
“ habis rapat, kita bisa makan siang bareng?” tanya Siska
“ehm habis rapat saya mau antar Karlina ke Rumah sakit” jawab Arman singkat.
“kenapa sih kamu gak pernah mau sama ajakan aku? Apa aku sejahat itu sama kamu?”  kata Siska dengan nada kesal
“Siska, asal kamu tahu ya hubungan kita sudah selesai. Saya dan kamu gak punya urusan lagi kecuali urusan Kantor!. Kamu sudah punya suami dan anak. Kenapa kamu gak makan siang aja sama mereka?”
“tapi aku gak bahagiaa Arman, aku Cuma bahagia setiap kali aku selalu menjadi tim kerja bareng kamu”
“aku gak peduli!! Itu urusan kamu, rumah tangga kamu. Kenapa kamu mau nikah kalo kamu gak ngerasa bahagia. Itu sudah pilihan kamu. Dan saya ingatkan berkali-kali sama kamu ya. Jangan pernah coba buat hancurin rumah tangga saya sama Karlina. saya bahagia memiliki dia” sahut Arman


“tapi Karlina gak bisa kan ngasih kamu anak” triak Siska
“udah cukup Siska, sekarang kamu keluar dari ruangan saya dan saya ingatkan sekali lagi sama kamu. Jangan pernah urusi rumah tangga saya dengan Karlina. Silahkan kamu urusi saja rumah tangga kamu!!”.

Lalu Siska keluar dan mendobrak pintu ruangan Arman. Semua pegawai yang berada disana heran apa yang terjadi dengan Arman dan Siska. Sebenarnya jadwal Karlina untuk chechk up hari ini tidak ada dan  Arman sebenarnya sudah malas dengan Siska. Arman adalah orang yang konsisten dengan omongannya. Setelah sekian lama Siska mengkhianati dia, Arman memutuskan untuk tidak kembali kepada Siska dan ia menemukan Karlina yang jauh lebih baik dari Siska.


Setelah meeting selesai, Arman kembali ke kantor untuk mengambil barang yang masih tertinggal di ruangan. Ketika Arman keluar pintu, ia berpapasan dengan Siska yang juga akan pulang. Arman bergegas masuk lift dan tidak memperdulikan Siska. Saat ini Arman hanya ingin menemui istri tercintanya dirumah.

----


“kamu udah beresin barang-barang kamu dikantor?” tanya Arman sambil membereskan tempat tidurnya
“udah sedikit-sedikit. Nanti kamu bantuin aku ya angkat barang-barang yang masih ketinggalan”
“iya dong sayaang, nanti aku bantuin kamu. Eh kita udah lama ya gak jenguk ibu. Besok kan libur gimana kalo kita kesana?”
“tapi mas? Apa sebaiknya kita tunda dulu sampe program ini selesai? Aku mau kasih surprise ke ibu kamu”
“ehmmm kalo gitu baiklah. Aku mau yang terbaik aja. Gimana enaknya kamu aja yaah tapi aku hari senin mau mampir kerumah ibu, udah lama gak bawain itu Sop Iganya Pak marwan. Kamu inget kan yang dulu sering kita makan itu di belakang rumah?”
“iya inget. Itukan waktu kamu lagi rajin-rajinnya deketin aku hahaha”
“hahaa iya yaa kamu masih inget aja ih, aku maluu tauk” kata Arman sambil menutup bukunya yang ia baca

----

Setelah Karlina resign dari pekerjaanya, ia memulai hari-harinya sebagai seorang istri sepenuhnya . menyiapkan sarapan untuk suaminya tercinta, mengurus rumahnya agar semakin nyaman di huni dan juga menunggu sang buah hati lahir melengkapi rumahnya ini. Program untuk memiliki keturunan pun dijalaninya saat itu, pola makannya pun sangat dijaga oleh Arman dan istirahatnya pun cukup. Sehinga tenaganya tidak terlalu di porsir untuk ukuran wanita. Arman pun sangat menjaga kesehatan Karlina agar ia tidak terlalu kelelahan. Setiap hari Arman selalu membawakan bunga Lily kesukaan Karlina dan ia menyukai hal itu.

Suatu hari, Karlina merasakan badannya tidak enak dan selalu mual-mual bahkan sampai harus di opname. Ternyata program untuk memiliki anakpun berhasil mereka lakukan.  Karlina ternyata sudah mengandung dengan usia kandungan 3,5 bulan. Arman yang saat itu tahu kalau Karlina hamil, langsung memberitahu ibunya, ibunya lantas bahagia mendengar kabar kalau Karlina hamil dan akan memberikan sang ibu seorang cucu. Mengenai jenis kelamin ia tidak pernah peduli, ia selalu berdoa semoga anak ada dalam Karlina selalu sehat.

Setelah pulang dari Rumah sakit, hari-hari Karlina seperti ibu hamil pada umumnya, ia merasakan kondisi yang payah pada kehamilan pertamanya itu. Arman semakin khawatir dengan kondisi kehamilannya. Sehingga Arman harus meminta tolong ibunya untuk menemani Karlina dirumah. Walaupun ada assistant rumah tangga, tapi Arman merasa kalau Karlina harus didampingi oleh orang terdekat. Ibu Arman sangat baik dan juga sayang kepada Karlina, bahkan ibunya menganggap seperti anak kandungnya sendiri. Maklum saja kalau Arman disayang ibunya, sebab hanya dialah yang satu-satunya anak yang masih hidup setelah kepergian kakaknya menghadap Sang Ilahi karena kecelakaan beberapa tahun lalu.

Setelah kondisi Karlina membaik, ibunya memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Arman, ibunya ingin merawat Karlina sampai ia melahirkan dan melihat cucunya lahir. Lima bulan lebih sepuluh hari kandungannya saat itu, Karlina meminta ibunya untuk mengajarkan membuat kue kesukaan Arman. Mendengarkan cerita masa kecil Arman, sampai menceritakan kalau Arman pernah terjatuh dari pagar rumah karena ia mau mengambil layangan yang putus. Karlina senang dan tertawa dan rasanya tidak ingin melewatkan satu ceritapun tentang Arman dari ibunya. Setiap kali ibunya ingin bercerita, Karlina selalu merasa senang dan tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan sampai mantan kekasihnya yang bernama Siska pun sang Ibu ceritakan. Tidak ada sedikitpun rasa cemburu kepada Siska, karena Karlina yakin hanya dialah yang Arman cintai.

Suatu hari, tidak seperti biasanya kelakuan Karlina begitu aneh, ia selalu menangis kalau mendengar kata perpisahan. Menangis sejadi-jadinya, seakan ia akan berpisah dengan orang terkasihnya. Ia duduk di halaman depan rumahnya, melihat bunga Lily kesukaannya yang sudah layu dan menggantikan bunga Lily yang Arman berikan semalam.  Selama tiga hari Karlina meminta Arman untuk membawakan bunga Lily sebanyak mungkin, agar rumahnya terlihat cantik dengan bunga yang Arman berikan. Tampak suci dan lebih elegan. Satu-satu ia perhatikan bunga Lily itu, ia sudah membayangkan kalau rumahnya akan ramai karena sudah dilengkapi anak kecil lucu yang akan memanggilnya ‘Ibu’. Angan-angan itu semakin kuat ia rasakan. Setelah melihat-lihat bunga kesayangannya, ia meminta Ibu bercerita lagi tentang Arman, tapi kali ini tidak seperti biasa, Karlina meminta izin untuk menaruh kepalanya di pangkuan sang ibu dan memintanya pula untuk mengusap rambutnya yang sudah tampak panjang sampai ia tertidur. Arman yang baru pulang kerja pun melihat kelakuan istrinya yang sedang dimanja oleh sang ibu. Karlina sudah beberap hari memakai pakaian putih bersih, katanya ia ingin terlihat lebih segar.

Malam itu, Arman mengajak Karlina makan malam di restouran yang sudah ia pesan khusus untuk mereka berdua, lagi-lagi Karlina mengenakan gaun putih dengan perutnya yang tampak membuncit karena usia kandungannya sudah enam bulan. Malam itu Karlina tampak cantik, lebih cantik dari biasanya. Arman sampai terpana melihat Karlina seperti Putri Raja yang akan di ajak berkencan dengan sang pangeran.  Arman mempersilahkan Karlina duduk berhadapan dengannya, mejanya dipenuhi dengan bunga Lily yang sudah di berikan parfum agar suasana semakin romantis. Alunan musik dari piano melantun indah, membuat Karlina ingin berlama-lama dengan Arman. Mereka berdua berdansa dan seketika Karlina memeluk Arman dengan erat, dan ia meneteskan air mata. Arman yang menyadari hal itu langsung mengusap air mata yang mengalur ke pipi istrinya itu

“kamu kenapa sayang?” tanya Arman
“gapapa, aku Cuma takut”
“kamu gak akan apa-apa, ibu hamil itu wajar kalau merasakan takut akan melahirkan”

Karlina hanya tersenyum dan kembali memeluk erat Arman dan berbisik

“aku gak mau kamu ninggalin aku Arman, aku gak mau. Aku sayang sama kamu”
“aku juga sayang sama kamu, kamu adalah perempuan yang sabar yang aku temui. Aku Cuma mau kamu... dan buah hati kita nanti”

----

Karena hari sudah malam dan udaranya tidak bagus untuk Karlina, mereka akhirnya pulang. Ketika akan masuk mobil kunci mobilnya terjatuh dan Arman harus mencarinya bahkan kembali ke tempat tadi. Hampir setengah jam mencari kunci mobil, akhirnya Arman kembali dan menghampiri Karlina yang tengah kedinginan.

“maaf lama sayang” kata Arman sambil mencium perut Karlina
Pada saat itu mobil yang di kendarai Arman tampak aneh, beberapa kali dinyalakan tidak bisa, sampai ketiga kali ia nyalakan barulah mobil itu jalan.

Kecepatan mobil yang Arman kendarai tidak begitu cepat, bahkan melaju sedang. Tiba-tiba ada mobil dari arah berlawanan dengan kecepatan kurang lebih 120 km/jam dengan lampu yang menyorot ke arah mobil Arman, sampai Arman tidak bisa mengendalikan mobilnya itu. Ia kaget dan akhirnya membelokkan stirnya ke kanan lalu menyerempet mobil tadi sampai mobil yang dikendarainya berputar dan menabrak Truk yang sedang melintas. Mobil itu terguling dan kaca depan pecah. Kejadian itu begitu cepat . Arman melihat sayup-sayup wajah istrinya yang sudah di penuhi dengan darah dan matanya terpejam. Gaun putih yang Karlina kenakan berubah warna menjad merah. Arman hanya bisa menangis dan menahan sakit. Ia memikirkan kondisi sang istri dan calon bayi yang ada di dalam perutnya.

Tak berapa lama kemudian beberapa ambulance datang dan juga mobil polisi. Arman masih sadar bahkan masih bisa melihat istrinya diangkut oleh  petugas kedalam ambulance. Wajahnya yang tampak tenang mengingatkan perkataan Karlina bahwa ia saat itu takut. Karlina sudah terkulai lemah tidak sadarkan diri. Arman hanya bisa menangis. Dan mereka dibawa ke Rumah Sakit.

Ibunya Arman pada saat itu langsung bergegas menuju Rumah sakit dengan taxi, ia langsung mencari menantunya dan juga anaknya. Ibunya menuju ruang ICU dan melihat dari luar kalau sang menantu sedang kerumuni oleh dokter dan para assistan dokter.

Ibunya menahan tangis, memikirkan bagaimana nasib anaknya ketika mengetahui kalau istri dan calon bayinya sedang berada di ambang kematian. Ibunya merasa terpukul dan menahan sesak didada , membayangkan Karlina beberapa waktu lalu memintanya untuk menceritakan tentang Arman sampai ia terpulas di pangkuannya. Mengingat kalau beberapa hari ini Karlina selalu mengenakan baju putih.

Ibu menghampiri ruangan Arman yang tampak tenang tertidur. Ia perhatikan wajahnya dengan tenang, mengusap wajahnya dengan keikhlasan. Sampai Arman terbangun mencari istri dan calon bayinya.

---


Arman sudah pasrah dengan takdir yang akan ia terima nantinya. Ia hanya bisa melihat istrinya terbujur kaku dengan alat-alat yang dipasangkan oleh dokter. Perasaan bersalah selalu menghantunya saat ini. andai malam itu ia tidak mengajaknya pergi makan malam, pasti kecelakaan itu tidak akan terjadi. Tangisannya kembali membuncah, ia terisak sejadi-jadinya. Sebentar lagi dokter akan mengabarkan perkembangan dari kondisi Karlina dan juga janinnya.

Akhirnya dokter memeriksa kondisi Karlina, Dokterpun juga bilang kalau kondisinya tidak ada perkembangan selama seminggu ini. jalan satu-satunya adalah melepas semua alat yang menempel pada tubuh Karlina. Arman pun pasrah dan menerima keputusan dokter. Arman semakin tidak tega melihat istrnya menahan sakit seperti itu. Arman menerima takdir Tuhan yang menimpa dirinya.

Ia melihat dengan mata kepalanya semua alat yang ada di wajah Karlina di lepas. Wajah cantiknya kini tidak tertupup dengan alat bantu pernapasan. Ia masuk kedalam ruangan itu, memperhatikan wajah cantiknya, putih, bersih, dan tenang. Sesekali ia mencium tangan dan wajahnya. Sesekali pula ia menangis di samping istrinya yang sudah tidak bernyawa. Wajahnya sudah dingin dan terbujur kaku. Ia mengusap perutnya yang didalamya terdapat hasil cinta mereka. Perlahan Arman menutupkan kain ke wajah Karlina.

“bu, aku ikhlas” kata Arman kepada ibunya sambil kembali terisak semakin kuat

----

Sehari setelah pemakaman Karlina, Arman masih melihat ruangan yang biasa ia gunakan untuk bercanda, melepas lelah dan mengobrol sebelum tidur. Piyama tidurnya pun masih rapi di gantung. Ia melihat meja riasnya yang biasa Karlina gunakan. Arman menemukan satu surat di bawah botol Parfum miliknya. Ternyata surat itu dari Karlina akhirnya Arman membuka surat itu

“untuk suamiku tercinta,
Ini adalah surat cinta pertamaku untuk seorang laki-laki yang selama ini mencintai aku seutuhnya, 

suamiku
Arman, aku beruntung memiliki kamu yang tidak pernah mengeluh mendengarkan setiapkeluhanku, aku beruntung memiliki kamu yang selalu bisa menenagkan aku. Aku beruntung memiliki kamu yang selalu menjaga perasaanku. Walaupun kamu tahu aku bukanlah perempuan pencemburu. lalu memendam rasa cemburuku dan selalu aku luapkan dengan caraku. Aku ingin membuatmu merasa bahagia kalau di dekatku. Aku mau kamu selalu berada di sisiku. Walaupun kita tidak pernah tahu sampai kapan kita hidup.  Aku mencintaimu dengan caraku, begitupun kamu. Walaupun terkadang aku merasa kamu laki-laki yang kurang romantis hehe tapi dengan kejutan yang selalu kamu berikan padaku, membuatku semakin berbunga-bunga. 
Suamiku, aku mau kamu tahu. Kamu adalah temanku, teman hidupku. Kamu bisa menjadi seorang kakak, kamu bisa menjadi seorang ibu yang setiap kali aku butuh pelukan ibu. Kamu adalah suami terbaikku dimana ketika aku selalu berada didekatmu aku selalu merasa tak mau jauh denganmu. 

Arman,berpisah, rasanya aku sanat benci dengan itu. tapi aku merasa aku harus pulang. Pulang dimana kita dulu di ciptakan. Kamu jangan sedih kalau aku pulang nanti. Kita akan bersama lagi bersama anak kita nanti. Maafkan aku Arman kalau aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu, aku selalu berusaha menjadi istri yang istimewa walaupun kamu tidak pernah menunutku untuk menjadi ini itu.  Aku mencintaimu suamiku... selalu


. Karlina”

Sehari setelah Arman membaca Surat dari Karlina, ia pergi ke pemakaman membawa seikat bunga Lily kesukaan Karlina. Arman yang mengenakan kemeja putih tampak gagah dan bersahaja.
bunga Lily itu ditaruhnya di atas kuburan Karlina. Ia berdoa semoga anak daan istrinya di berikan tempat terindah di sisi Tuhan.

“terimakasih Karlina istriku, kamu sudah membuat hari-hariku menjadi istimewa. Aku akan merindukanmu, merindukan cerita-cerita kita, merindukan tingkahmu yang terkadang seperti anak kecil, aku akan merindukanmu selalu”

Arman membalikkan badannya, dan ia melihat di kejauhan. Karlina dengan gaun putih yang ia kenakan bersama anak perempuan cantik disampingnya.

Arman berbisik “Karlina, itukah anak kita?”


-         -  Selesai  -

Sabtu, 04 Juni 2016

Cerita Ale. Masa Orientasi Siswa #1




Namaku Ale, Alesysia Diningrum lengkapnya. aku adalah anak ke tiga dari ehmm tiga atau empat bersaudara? yang jelas aku masih punya adik kecil dan aku selalu mau dianggap kalau aku ini adalah anak bungsu.sebab aku masih mau disayang sama ibuku dan juga ayahku.

hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah SMA, dan sekolahku tidaklah dekat dengan rumahku. aku memilih untuk sekolah di Jakarta dan jauh dari orangtuaku. alasannya? hehe nanti saja aku ceritakan.
hari ini adalah hari pertamaku mengikuti orientasi siswa atau namanya adalah ehmm MOS iya MOS itu adalah kepanjangan dari Masa Orientasi Siswa yang (katanya) perkenalan antara siswa baru agar lebih akrab lagi.

aku diantar oleh sepupuku Opi, soalnya Opi adalah alumni di sekolahku ini. sekolahku ini dulu adalah sekolah yang cukup terkenal dan juga sekolah anak-anak orang kaya (katanya sih). bangunan di sekolahku sudah tua dan seperti sekolah-sekolah jaman belanda.
aku menyusuri lorong pintu gerbang sekolah. sudah ada kakak kelas yang menungguku dan menyambutku untuk MOS ini.  aku hanya mengikuti instruksi mereka saja. kakak kelasku mulai meledekku dan ada juga yang ehmm merasa kalau aku ini keren. sebab aku adalah siswa di sekolah yang rambutnya pendek dan juga metal abis. padahalmah aku mana ngerti sama lagu-lagu metal kayak gitu. mereka bilang aku adalah Rocker. ya ya yaaa mungkin karena mereka melihatku yang tampak seperti vokalis band Rock. atau aku seperti lady Rocker hahaha..

setelah masuk ke kelas, aku menemukan satu anak yang sedang dudu di bangku barisan ketiga. aku hampiri dia dan aku mengulurkan tangan tanda aku ingin berkenalan dengannya. "Putri" katanya dengan suara yang sangat lembut. Putri teman pertamaku yang keliatan lugu. suaranya pun begitu lembut dan rambutnya panjang, tapi kulitnya tidak putih dan tidak hitam legam. ia manis aku yakin ia akan menjadi primadona di sekolah ini dalam kategori anak baru. semua anak sudah masuk ke kelas dan kakak kelas yang tampak gila hormat pun sudah masuk semua ke kelas untuk memberikan sambutan-sambutan dan perkenalan Osis. hah aku yakin hanya hari pertama saja ia akan berbuat manis pada kita-kita orang.
aku yang duduk di sebelah Putri pun tampak santai dan tidak mau banyak bicara, sebab Putri pun rasanya tidak memperdulikan apa yang di bicarakan kakak kelas di depan kami.

"put, elu gak nulis" bisikku kepada Putri
"enggak, ngapain? paling disuruh bawa-bawa makanan buat besok"

dan benar saja apa yang dikatakan Putri, kami mengeluarkan alat tulis hanya untuk menulis perlengkapan besok pagi. hffff
kakak kelas yang cantik dan tampan itu sudah berjejer dan mengingatkan kita untuk tidak datang terlambat besok pagi. setelah kami semua ingin pulang dan membereskan alat tulis, ternyata masih ada satu siswa perempuan yang lebih santai dari Putri. ia tergopoh-gopoh lari dan juga mencari-cari kelas mana yang harus ia tempati. dan ternyata siswa itu adalah teman satu kelas kami. namanya Rani. Rani itu cantik, berambut pendek dan juga tinggi. ia berkulit putih dan ah terawat lah pokoknya. gak kayak aku yang amburadul gak karuan gini.

Rani sepertinya mendapat hukuman dari kakak kelas yang gila hormat itu, hff aku sih males aja liat gaya mereka yang sok-sokan membuat aku semakin muak dan malas basa-basi dengan mereka. yaah gak kayak temen yang lainnya lah yang nyari muka dan perhatian supaya bisa di deketin dan di pacarin sama kakak kelas yang katanya gateng itu. buat aku sih biasa aja. mereka cuma pencitraan sama siswa baru. duh aku suudzon aja, yaa tapi memang begitu kenyataannya.

---

setelah kami selesai dengan catatan-catatan menu makanan apa saja yang harus di bawa besok, semua siswa pulang kerumah masing-masing.
aku, Putri dan Rani berbarengan jalan menuju pintu gerbang sekolah. sekolahku terbilang sangat sejuk ditengah kota seperti ini, sebab di sekolahku masih ada banyak pohon-pohon besar dan juga tumbuhan hijau di pinggiran jalan. aku, Putri dan juga Rani berpisah di pintu gerbang sekolah. Putri dan Rani kembali kerumah dengan menggunakan Metromini, sedangkan aku? cukup dengan jalan kaki selama lima belas menit untuk sampai kerumah.  aku selama sekolah ini tinggal bersama kakak sepupuku.

sesampainya di rumah, aku mempersiapkan apa saja yang akan aku bawa besok pagi. aku dibantu dngan sepupuku Sarah. rumah Sarah menempel tembok dengan rumah kakak sepupuku. jadi Rumah Sarah ada pintu belakangnya, kalau mau manggil dia tinggal ketuk saja pintunya. palingan ibunya yag keluar membukakan pintu.


---

Aku berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali, aku takut kalau aku telat dan kena hukuman yang akan diberikan kakak-kakak kelas itu. huh aku tidak sudi. sungguh, melihatnya saja sudah malas.
sesampainya di sekolah, aku melihat Putri dan Rani yang sedang sarapan berdua di kelas. aku pun hanya memerhatikan mereka saja yang sedang saraan roti dan juga susu. setelah bel berbunyi, kami kembali ke tempat duduk masing-masing. kakak kelas itu masuk ke dalam kelas kami, memberitahu kalau hari ini ada apel pagi. lalu kamu semua di kumpulkan di lapangan depan kelas yang luasnya tidak terlalu lebar, seperti lapangan mini yang digunakan anak-anak untuk berlatih futsal.
beberapa guru memberikan sambutan terimakasih dan ucapa selamat datang, dan kepala sekolah memberikan sambutan yang panjang lebar, sehingga kami sudah tidak bisa diam dan barisan sudah mulai berantakan karena sambutan yang kelamaan.
kepala sekolah menjelaskan kelebihan dan keunggulan dari sekolah ini, memberitahu tentang fasilitas sekolah yang bisa kita gunakan selama bersekolah disini, menjelaskan ekstrakulikuler yang akan diminati oleh siswa di sekolah ini dan lain lain.

Aku, Rani dan Putri sudah malas mendengarkan ceramah dari kepala sekolah yang membuat kami semua kepanasan seperti ikan asin yang sedang dijemur setelah di jaring lalu diberikan agar rasanya tambah gurih ketika di masak nanti. suara-suara keluhan siswa lainnya pun juga begitu, bukan aku saja yang mengeluh.
ketika upacara selesai dan murid-murid di bubarkan, kami tampak senang sekali dan kembali masuk kelas dengan kipas angin seadanya.

lagi-lagi kami masih harus bertemu dengan kakak kelas yang tengil-tengil itu, aku selalu malas mendengarkan apa yang mereka katakan. kalau mereka bicara, kerjaanky hanya mencoret-coret buku yang ada di tasku.  anak-anak yang lainnya menyimak dan nurut saja dengan apa yang mereka katakan. hfff mereka pikir mereka siapa?? mereka juga selalu memanggilku dengan sebutan "rocker rocker" hey! namaku Ale, ingat itu namaku Ale!! jangan semaunya menganti nama orang.

Mos ini menurutku isinya hanya begitu-gitu saja, ada permainan, menghukum, dan lain-lain. ah basi! tidak seru. sampai suatu kali kakak kelasku mendekati Rani dan juga Putri untuk diajak berkenalan dan seperti di anak emaskan oleh mereka berdua. apa sih? kampungan banget! memanfaatkan situasi yang murahan menurutku.

#bersambung