kenapa sampe nyasar-nyasar ke banten lama??
jauh bangeeettt!!!..
iya jadi ceritanya gini, hari sabtu aku udah siap-siap mau ikut test dari kemensos yang di selenggarakan di Institut Agama Islam,
pamit dan izin dengan aba' dan mama sudah, main-main sama keponakan sudah. akhirnya dengan kata "Bismillah" aku berangkat menuju IAIN di Serang dengan bermodalkan aplikasi petunjuk jalan dari ponselku.
aku pikir, kalau menuju serang itu ya tidak begitu lama dan macet seperti dari Tangerang ke Jakarta.
sampai akhirnya, aku nyasar karena mengikuti aplikasi petunjuk jalan. di sepanjang jalan yang aku lalui hanya ada sawah dan jalan lurus yang entah dimana ujung jalan itu.
karena aku sudah putus asa karena tidak bisa mengikuti test dari kemesos akhirnya aku menghubungi Karin, adik kelasku yang rumahnya di serang.
langsung saja aku minta untuk ketemuan di Alun-alun kota Serang, sekalian aku mau tahu bagaimana suasananya.
sebelumnya sih memang aku pernah ke serang tapi waktu aku kecil dan belum pernah mampir ke alun-alun serang.
pagi itu, sekitar jam 8.30 wib, akhirnya sampailah aku di alun-alun kota serang.
sesampainya disana, aku langsung memesan satu porsi lontong dengan tahu semacam taoge goreng dengan bumbu tauconya. harga yang aku keluarkan untuk satu porsi lontong tahu tersebut hanya Rp.10.000
karena kata si bapak penjual lontong itu, takut di usir oleh satpol PP akhirnya aku kembali ke parkiran dan ternyata Karin sudah sampai untuk menjemputku.
tak pakai lama, akhirnya kami langsung bergegas menuju rumah Karin yang tidak jauh 15menit dari alun-alun.
sesampainya di rumah Karin, aku langsung beristirahat sebentar untuk mengurangi rasa lelahku setelah 2,5 jam tersesat di desa dengan jalan tak berujungnya itu.
istirahat sudah 30 menit. awalnya kami berniat untuk pergi ke pulau burung tapi kayaknya nanti aja deh. persiapan untuk melanglang buana kali ini tidak maksimal. alhasil jalan-jalan dadakan deh.
Awalnya aku bingung mau kemana, sampai akhirnya aku meminjam ponsel Karin untuk melihat tempat wisata di daerah serang. ternyata memang banyak tempat wisata di daerah serang selain pantai anyer. ada pupau burung, pulau lima, rumah hutan dekat rumah Karin, pantai lontar, pulau tunda dan wisata banten lama.
Aku dan Karin akhirnya memilih wisata Banten lama.
sebenarnya aku sudah pernah ke Banten lama bersama aba' waktu aku masih kecil, kurang lebih ketika aku masih kelas 4 SD menggunakan kereta. wisata banten lama adalah tempat ziarah dan juga ada beberapa benteng peninggalan belanda zaman dulu.
setelah bersiap-siap berbenah diri, Aku dan Karin langsung berangkat dengan sepeda motor.
jalan dari rumah Karin menuju kawasan wisata Banten lama kurang lebih setengah jam, tapi karena ada perbaikan jalan kami sampai di banten lama pukul 11.30 wib.
---
Kamis, 11 Agustus 2016
Selasa, 09 Agustus 2016
Terlalu Sibuk
Karena terlalu sibuk bekerja,
aku sampai lupa bagaimana rasanya tertawa
Karena terlalu sibuk bekerja,
aku sampai lupa kalau di sekelilingku banyak yang memperhatikanku
Karena terlalu sibuk bekerja,
aku lupa kalau membaca buku itu asyik
Karena terlalu sibuk bekerja,
aku sampai lupa kalau dulu hiburanku adalah menulis
Aku lupa bagaimana ternyata bersujud mengadu pada Rabbku membuat hatiku tenang saat ini
aku merasa kalau hidupku hanya untuk bekerja,
ternyata bekerja itu hanya untuk hidup dan mengisi waktu luang
Ibuku bilang, kalau kesibukanmu bisa ibu beli,
maka, akan ibu beli dengan keringat ibu sendiri
agar kamu ingat kalau ada orang-orang yang masih harus kamu perhatikan selain pekerjaanmu.
nak, bekerja itu bukan untuk uang, maka bekerlah dengan hati yang ikhlas.
uangmu tidak akan cukup untuk membeli waktu dengan orang-orang tersayang yang berada di sekelilingmu. Bekerjalah sesuai dengan porsi waktu.
Senin, 01 Agustus 2016
Aku mau ini lekas berlalu
Rasanya aku mau lekas-lekas berganti sore, malam, hari, minggu, bulan dan tahun
Agar semua cita dan doaku terlaksana.
Sehingga aku lupa bagaimana rasanya menunggu
2 august 2016
Listy
Sabtu, 23 Juli 2016
Surat Cinta
Ini baru pertama kalinya aku membuat Surat cinta.
Sejak dulu, sejak lama sekali aku mau membuat surat cinta kepada yang pernah singgah di relung hati, tapi entah kenapa tidak pernah sampai dan tidak pernah aku selesaikan.
Jadi ini surat cinta untuk kamu. Sebentar yah, aku mau sedikit terharu dulu..
Ini untuk kamu, akhirnya aku bisa menuliskan surat cinta hingga selesia ...
Aku bahagia, Tuhan mempertemukan aku dengan kamu, dan aku berdoa selalu, semoga kita nanti di persatukan.
aku bahagia, kamu adalah seorang pendengar yang baik, walaupun terkadang kamu bosan mendengarkan keluhan ku setiap aku pulang kerja,
aku bahagia, kamu mau berbagi tawa denganku
aku bahagia, kamu mau berbagi waktu denganku walaupun aku tahu, kamu sedang asyik dengan teman-temanmu
aku bahagia, walaupun waktu yang kamu berikan tidaklah banyak tapi aku bahagia.
Aku memanfaatkan waktu denganmu, walaupun itu hanyalah beberapa menit saja. Aku bersyukur. Bersyukur sekali
kamu mengerti aku, akupun begitu.
Aku pernah beberapa kali menuntutmu sesuatu tapi yasudahlah, itu hanya masa lalu dan biarkan Tuhan yang mengaturnya bagaimana.
Saat ini aku mau bilang padamu. Aku mau mencintaimu. Bukan untuk saat ini saja, aku mau mencintaimu hari ini, besok, lusa dan nanti.
aku mau mencintaimu dengan sederhana. Sederhana saja. Sebab, dengan sederhana aku bisa merindu dan menikmati setiap detik waktu yang diberikan.
mencintaimu dengan sederhana itu rasanya sangat istimewa menurutku.
dan saat ini kau harus tahu, aku bahagia. Bahagia sekali
walaupun tidak semewah orang lain yang sedang di rundung asmara. Entah mengapa.
kadang aku terharu, kenapa aku sampai begitu bahagianya.
Entah bagaimana kamu, mencintaiku atau tidak. Bahagia atau tidak denganku
itu urusanmu saja. Tapi aku berdoa, semoga besok, lusa dan nanti kamu pun merasakan hal yang sama denganku.
Kalau kau selalu dengar lagu yang sering aku nyanyikan, itu semata-mata untuk kamu
aku harus berterima kasih kepada ibumu, yang telah melahirkan anak laki-laki yang menurutku keren hehe.. ya itu saja surat cintaku.
Jangan pernah bosan, agar kita selalu bersama dan bisa membangun masa depan.
Aku mau, tua dan muda bersamamu...
:"")
Minggu, 17 Juli 2016
Perempuan Pengejar Mimpi
photo by : pinterest
Setiap pagi, ia bangun pagi
Setiap pukul empat ia terbangun dari lelapnya tidur
Kemudian ia bangun karena terkejut dengan suara jam wekker yang ia stelnya
Lalu ia merapikan kamar tidur lalu mandi
Empat puluh lima menit ia merapikan diri, kemudian berangkat pergi
Dengan sepeda motor, melaju kencang. Kecepatan delapan puluh kilometer perjam
Riuh suara klakson ia tahan sampai kupingnya pengang
Kemeja rapihnya sudah tampak kumal, wanginya sudah bercampur asap kendaraan
Sesampainya di kantor, langsung ia menyeduh kopi
Agar pikiran tenang katanya
Tak lama kemudian, langsung ia menghadap ke layar monitor berjam-jam
Bosnya datang, ia langsung sibuk tak karuan
Berjam-jam ia bekerja tak pernah henti, tubuh gempalnya mulai seperti robot
Tidak ada istirahat, kini ia harus kerja rodi
Pulang kerja jam tujuhmalam
Sesampainya dirumah ia mandi dan berbaring di kasur yang menurutnya empuk
Padahal, hanya sehelai kain seprei yang ia lapisi agar tampak tebal
Ia tertidur, menatap atap
Demi sebuah harapan dan impian, dirinya rela menjadi kuli
Hanya Tuhan yang bisa mendengar keluh kesahnya setiap ia berdoa
Mengharap impian dapat di RidhoiNya
Terkadang ia membayangkan ada pangeran yang datang untuk meminangnya
Semua harap dan impian, hanya ia ucapakan dan utarakan dalam Doa
Semoga Tuhan selalu mendengar dan mengabulkan.
-Perempuan Pengejar Mimpi-
Setiap pagi, ia bangun pagi
Setiap pukul empat ia terbangun dari lelapnya tidur
Kemudian ia bangun karena terkejut dengan suara jam wekker yang ia stelnya
Lalu ia merapikan kamar tidur lalu mandi
Empat puluh lima menit ia merapikan diri, kemudian berangkat pergi
Dengan sepeda motor, melaju kencang. Kecepatan delapan puluh kilometer perjam
Riuh suara klakson ia tahan sampai kupingnya pengang
Kemeja rapihnya sudah tampak kumal, wanginya sudah bercampur asap kendaraan
Sesampainya di kantor, langsung ia menyeduh kopi
Agar pikiran tenang katanya
Tak lama kemudian, langsung ia menghadap ke layar monitor berjam-jam
Bosnya datang, ia langsung sibuk tak karuan
Berjam-jam ia bekerja tak pernah henti, tubuh gempalnya mulai seperti robot
Tidak ada istirahat, kini ia harus kerja rodi
Pulang kerja jam tujuhmalam
Sesampainya dirumah ia mandi dan berbaring di kasur yang menurutnya empuk
Padahal, hanya sehelai kain seprei yang ia lapisi agar tampak tebal
Ia tertidur, menatap atap
Demi sebuah harapan dan impian, dirinya rela menjadi kuli
Hanya Tuhan yang bisa mendengar keluh kesahnya setiap ia berdoa
Mengharap impian dapat di RidhoiNya
Terkadang ia membayangkan ada pangeran yang datang untuk meminangnya
Semua harap dan impian, hanya ia ucapakan dan utarakan dalam Doa
Semoga Tuhan selalu mendengar dan mengabulkan.
-Perempuan Pengejar Mimpi-
Kamis, 07 Juli 2016
Pendakian pertama, Gunung Pulosari Pandeglang
Waktu itu, liburan sekolah semester
dua setelah aku berulang tahun, tahun 2010 tepatnya. Tanggal 20 desember kami
(Pras, Ade, Novan dan aku) berencana pergi mendaki ke gunung Pulosari di
kampung halaman Ade. Aku yang masih belum tahu tentang dunia pendakian pun
hanya ikut saja apa kata mereka. Yang lebih paham masalah ini adalah Pras.
Karena ia pernah mengikuti kegiatan Pramuka secara rutin, dan kami pikir memang
ialah yang mengerti masalah ini.
Waktu itu aku belum memiliki
perlengkapan sama sekali, aku pikir hanya bermodal nekat, waktu itu pula aku
hanya memiliki sendal gunung hasil tabunganku yang aku kumpulkan di Pras. Bermodalkan
ransel seadanya akupun langsung izin dengan ibuku kalau aku mau mendaki gunung
di pandeglang.
Setelah pamit izin, aku langsung
ketemuan dengan Ade, Pras dan Novan di balaraja. iya kami berangkat menggunakan
motor ke pandeglang. Cuaca pada saat itu sangat mendukung kami untuk berangkat.
Cerah sekali dan tidak ada tanda-tanda mau hujan.
Perjalanan dari Balaraja –
Pandeglang kurang lebih menghabiskan waktu 2 – 3 jam. Dan kami langsung menuju
rumah uwa’nya Ade yang berdekatan dengan gunung pulosari. Kami bermalam satu
hari disana, menikmati indahnya pemandangan di halaman belakang rumah uwa’nya
Ade dan berkeliling melihat-lihat desa.
Malam hari sebelum kami berangkat.
Pras, Ade dan Novan mengemas ulang perlengkapan dan juga persiapan yang harus
kami bawa nanti. Waktu itu perlengkapan yang kami bawa juga bukan milik kami,
melainkan hasil pinjaman dari sekolahnya Pras, Ade dan Novan dan beberapa alat
hasil pinjaman kakak sepupunya Novan. Semua barang sudah di packing dengan rapih,
hanya saja ada beberapa perlengkapan yang harus kami tenteng seperti kompor
portable dan tenda.
Ke esokan harinya, setelah sholat
Dzuhur kami langsung berangkat. Untuk menuju camp Pulosari membutuhkan waktu
15menit dari rumah uwa’nya Ade. Waktu itu kami diantar menggunakan motor dengan
saudaranya Ade’ jadi menghemat waktu dan juga tenaga kami hehehe. Uwa’nya Ade
juga bilang “nanti ikutin aja jalannya, hati-hati ya disana banyak pacet”
katanya begitu. Kami hanya mengiyakan apa saja nasehat uwa’nya Ade waktu itu.
kami juga tidak berani macam-macam karena ini adalah perjalanan pertama kami.
Mungkin Pras sudah pernah waktu Pramuka dulu.
“genk, ini kita gak kemaleman nanti
sampe atas?” tanyaku kepada Pras
“enggak, palingan juga dua jaman kita sampe. Tenang aja” katanya santai
“enggak, palingan juga dua jaman kita sampe. Tenang aja” katanya santai
Lalu Ade langsung membayar tiket
masuk seharga Rp.20.000 untuk empat orang. Setelah membayar tiket akhirnya kami
langsung membentuk lingkaran secara merapat dan berdoa, agar cuaca cerah dan
bisa kembali dengan selamat sampai rumah.
Jalur di Pulosari memang mulus
jalannya, bahkan sudah di semen seperti jalan raya, tapi untuk trekkingnya?
Jangan tanya deh, kaki ku sampai gemetar dibuatnya. Entah mungkin karena aku
yang baru pertama kali berjalan jauh atau mungkin aku yang kurang olahraga.
Sebab, aku melihat Pras, Ade dan juga Novan, asik saja jalan santai tanpa terlihat
lelah sedikitpun. Walaupun aku tidak membawa ransel seperti Ade dan Novan,
tetap saja aku merasa pegal dan mau turun saja rasanya. Tapi aku pikir lagi.
Masa aku menyerah belum setengah jalan?
Pras yang membawa carrier berukuran
kurang lebih 45liter itu asyik berjalan di depan kami. Sedangkan aku, Ade dan
Novan masih tertinggal di belakang.
Sesampainya di Pos 1, kami
istirahat sebentar. Berfoto-foto dan juga mengeluarkan isi cemilan yang kami
bawa. “yaudah jalan duluan, nanti nyusul sebentar lagi” kata Pras kalem. Ade
yang menarik napas langsung melanjutkan perjalanan bersama aku di depan. Novan
dan Pras berjalan dibelakang.
“eh istirahat dulu kek sebentar”
kataku yang sudah enggan untuk berjalan
“tanggung crut, bentar lagi ada pos air terjun” kata Ade cuek
“tanggung crut, bentar lagi ada pos air terjun” kata Ade cuek
Lalu aku kembali melanjutkan
perjalanku yang tampak gontai dan selalu membungkkukkan badanku ketika aku
lelah. Walaupun aku hanya membawa tenda,tapi tetap saja aku seperti di mos lagi
dengan kakak kelas di seolah.
Cuaca mulai mendung dan gerimis
kecil turun, tapi kami masih dijalur yang tidak ada habisnya menanjak. Aku yang merasa kaget dengan treknya seketika
bahagia melihat pos 1 dengan pemandangan air terjun. Ade dan Pras langsung mencari
posisi dan mengeluarkan roti bersama dengan susu kental manis. Novan yang
tampak lelah hanya mengernyitkan dahi dan menenggak air yang baru diambil dari
air terjun. Rasanya memang segar sekali. Aku juga kaget pertama kali Novan
meminum langsung air mentah hasil air terjun tapi lama kelaman aku terbiasa.
Ade juga bilang kalau di gunung jangan takut geli, kalo takut geli yang ada gak
makan trus kelaperan, Pras hanya tersenyum karena melihatku heran. Novan yang
kelelahan memejamkan mata sebentar lalu setelah itu kami melanjutkan kembali
perjalanan.
Jalur selanjutnya yang kami lewati
pada saat itu adalah tebing atau semacam batu yang licin, aku agak kebingungan
karena aku hanya menggunakan sendal seadanya. Tidak ada tali atau semacam
pegangan lainnya. Novan yang lebih dulu naik membantu aku dengan menarik
tanganku. Harus berhati-hati. Sebab kalau tidak, kami akan tergelincir dan
jatuh ke bawah. Mungkin tebing di pulosari lebih ekstrim daripada tanjakan
setan di gunung gede. Kalau di gunung gede ada pegangannya, kalau di pulosari
sama sekali tidak ada. Dengan perlahan kami naik dan akhirnya kami bisa
melewati masa sulit itu. ketakutan kami belum berakhir. Kami di hadapkan dengan
adanya pertigaan jalur.Ade mencoba untuk melihat jalur ke arah kanan tapi
disana ia tidak menemukan adanya jejak-jejak kaki manusia atau jejak kaki yang
biasa di lewati, sampai akhirnya kami memilih jalur sebelah kiri atas instruksi
Pras.
Setelah beberapa meter kami melewati jalur sebelah kiri tadi, ternyata
ada pohon tumbang yang seakan menghalangi jalan kami untuk terus naik ke atas. Dengan
wajah yang bertanya-tanya, seakan Ade memberikan isyarat apakah kami melanjutkan perjalanan atau
tidak. Pras bilang “harusnya ini jalan yang kita lewatin, soalnya ada lumut
tapi kenapa pohonnnya tumbang?” katanya begitu. Aku semakin takut dan rasanya
mau pulang turun ke bawah saja. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00, sungguh
itu adalah pertama kali rasa takutku yang memuncak. Wajah kami semua tampak lelah
dan baju sudah basah karena percikan hujan. Sampai akhirnya kami kembali turun ke
bawah, tapi raut wajah Pras dan Ade masih yakin, kalau jalur itu adalah jalur
yang sebenarnya. Kami berhenti sejenak untuk melepas lelah, kami berdoa barang
kali ada orang yang juga mau naik ke atas. Dan ternyata benar saja..
Tiga orang pendaki berasal dari
cilegon dengan peralatan yang safety dan tampak profesional, pokoknya mereka
itu terlihat sudah lebih berpengalaman dari kita-kita yang perlengkapannya
masih ada yang di tenteng. “mau kemana a?” tanya salah satu dari mereka, “mau
naik ke atas tapi kita ragu mau naikknya” kata Pras, “oh yaudah bareng aja kalo
gitu sama kita, kita juga mau naik ke atas kok. Ini bener jalannya. Lewat pohon
tumbang” katanya lagi. “masih lama gak ya?” tanyaku. “enggak kok setengah jam
sampe sejam lagi teh”. Kata mereka lagi. Jelas saja mereka hapal jalur ini,
ternyata mereka sudah dua kali datang kesini, kami tidak banyak mengobrol
dengan mereka, sebab langkah kaki mereka begitu cepat, sedangkan kami anak baru
mendaki, seperti keong yang tengah tergopoh-gopoh.
Aroma-aroma belerang sudah tercium
dari radius 10meter, kami memasuki kawasan kawah pulosari. Karena cuaca sudah
tidak mendukung dan kondisi kami sudah mulai kelelahan akhirnya kami langsung
mendirikan tenda dan membuka alat masak. Dan akupun langsung mengeluarkan
kamera, rasanya bahagia, ketika aku pikir ini adalah puncak dari gunung
pulosari, ya aku kegirangan dan langsung mengabadikan teman-temanku yang tengah
sibuk mendirikan tenda dan juga memasak. Tiga pendaki yang menunjukan kami
jalan, memilih untuk mendirikan tenda di atas kawah. Huah aku sudah tidak
sanggup kalau harus naik lagi ke atas. Itu saja rasanya aku sudah mau pulang.
Mie rebus setengah matang pertama
kali yang aku makan, atau mie yang dipaksa matang karena perut kami yang sudah
lapar?? Haha itu rasanya memang aneh,
benar-benar aneh. Tenda sudah berdiri, kami tinggal beristirahat tidur
di dalam, tapi tiba-tiba hujan mulai turun dan angin semakin kencang. Kami
semua yang masih diluar seketika merapikan barang dan langsung masuk ke dalam.
Jaketku pun basah. jaket seharga
seratus ribu yang aku beli dari temanku dengan ukuran yang melebihi badanku aku
pakai saja dalam keadaan basah. ehm sebenanya itu bukan jaket tapi sweater yang
kalau kena air langsung kuyup haahahaha. Waktu itu kami masih egois, gak ada
yang minjemin jaket sama sekali, semuanya pakai sweater dan celana pendek
hahaha.terlebih Ade yang tidur mengenakan sleepingbag tidak mau berbagi dengan
kami. Dalam keadaan dingin kami tidur, aku menggigil. Untung saja sweaterku
besar sekali sampai kakiku aku lekukkan dan bisa masuk kedalamnya hahaha.
ade dan novan
Angin semakin menjadi kencangnya,
tenda mulai ambruk, seisi tenda mulai kebocoran dan basah, ah kami ingat apa
jangan-jangan alam mengamuk gara-gara Ade buang air sembarangan tanpa permisi?
Tapi bukankah seharusnya permisi itu kepada yang benar-benar memiliki seisi
bumi ini? tak tahulah . tapi yang jelas, setelah Ade buang air kecil waktu itu,
angin langsung saja tiba-tiba datang. Perut kami mulai lapar, air sudah mulai habis.
Tidak mungkin pula kami meminum air yang bercampur dengan belerang, rasanya
saja pahit dan katanya tidak bagus untuk dikonsumsi. Dan akhirnya, karena darurat, kami memasak mie
instan dengan air hujan yang ditadangi di depan tenda. Saat itu aku hanya
terheran-heran melihat Ade, Pras dan Novan dengan lahap memakan mie rebus air
hujan dan bekas masakan mie instan semalam. Karena lapar akhirnya aku ikutan
makan. Memang udaranya memancing perut kami untuk terus-terusan makan.
Hujan itu terjadi sampai pagi,
bahkan sampai kami pulang. Ke esokan harinya kami berfoto di kawah sebentar,
menghangatkan badan dan bermain-main dengan asap kawah pulosari. Kami tidak
melanjutkan perjalanan sampai puncak, sebab aku sudah tidak kuat dengan trek
yang dilewati, aku merasa kaget dengan jalurnya hahaha iya aku memang lemah,
padahal nanjak Cuma bawa tenda digemblok dan gak bawa apa-apa. Ya maklum saja
lah ya, kan aku anak kecil anak ingusan yang baru banget nanjak. Kami sudah
bersiap-siap untuk pulang, tapi tiba-tiba perut Novan berkontraksi menahan
mulas, dengan wajah yang pucat menahan mulas dan dingin akhirnya kami tunggu ia
membuang air hahaha .
Dengan udara yang lembab, kami
pulang. Rasanya aku bahagia bisa kembali kerumah. Baju kami mulai basah, bibir
kami bergemelutuk menahan dingin, terlebih Novan yang urat-urat tangannya mulai
mengeluarkan urat-urat karena menahan beban.
Kami pulang, di iringi dengan
rintikan hujan, dan pengalama inilah yang menjadikan kami pelajaran bahwa
mendaki itu tidak sembarangan. Kekurangan apapun dalam pendakian kami, kami
jadikann evaluasi diri agar tidak terulang kembali.
Dan alam mengajarkan kami untuk
menjadi mandiri, alam yang mengajarkan kami untuk saling berbagi, alam pula
yang mengajarkan kami untuk selalu mengingat Sang Pencipta.
Minggu, 03 Juli 2016
Awal mula mengenal dunia Pendakian
my best shoes
Kali ini aku akan menceritakan awal mula aku menyukai dunia pendakian.
Sebelumnya aku akan ceritakan lebih dulu kenapa aku suka mendaki gunung. Jadi dulu, waktu aku masih sekolah SMP aku membaca novel 5cm yang aku pinjam dari teman kampus kakak ku, awalnya aku memang tidak menyukai membaca, tapi setelah aku baca halaman tengah dari cerita 5cm, aku langsung tertarik dan penasaran ingin membacanya. Sampai akhirnya, ada satu bagian cerita yang menceritakan tentang pendakian dan keindahan alam Ranu kumbolo. Imajinasiku terpancing untuk membayangkan bagaimana indahnya pemandangan danau di tengah hutan seperti itu, waktu itu filmnya belum keluar dan aku belum mengenal yang namanya internet jadi aku bukan korban film. Hanya korban novel yang bermodalkan imajinasi sendiri hehe. setelah membaca novel 5cm, kakak ku selalu cerita tentang temannya yang suka mendaki gunung, sampai akhirnya akupun penasaran dan ingin diceritakan secara langsung oleh teman kakakku. Aku pun semakin tertarik untuk mendaki walaupun katanya mendaki gunung itu berbahaya. akhirnya aku mengikuti kegiatan Pramuka di sekolahku untuk mengambil ilmu bagaimana caranya kemping hehe.. setelah beberapa lama aku latihan Pramuka setiap minggunya, akhirnya aku terpilih sebagai anggota Teratai dan aku masuk dalam seleksi jambore di kecamatan dekat sekolahku. Singkat cerita akhirnya aku lulus SMP dan aku masih pensaran bagaimana rasanya mendaki gunung. aku selalu antusias dan bersemangat kalau aku disuruh menjemput kakak ku di kampusnya. Jelas saja aku bersemangat, sebab aku akan bertemu dengan teman-teman kakaku yang sudah expert dalam dunia pendakian. Aku selalu bersemangat mendengarkan cerita mereka ketika mendaki. ketika aku sekolah SMA, aku belum menemukan teman yang suka juga dengan pendakian. Aba’ku juga waktu itu tidak mengizinkan aku untuk pergi mendaki. aba’ bilang kalau mendaki gunung itu banyak yang hilang, seperti anak temannya yang hilang di gunung Slamet dan sampai saat ini tidak di temukan. Aba’ juga bilang, kalau di gunung itu banyak hantunya. Jelas saja aku takut. Sebab, aku memang takut dengan hal-hal goib seperti itu. tapi rasa takutku semakin membuat aku penasaran untuk terus mengenal dunia pendakian. Sampai akhirnya, ketika aku memasuki kelas 3 SMA , aku dipertemukan dengan teman-teman yang juga suka dengan kegiataan outdoor. Aku bertemu dengan Pras, Ade dan Enye. Akhirnya juga aku diajak untuk ikut kegiatan pecinta alam di sekolah oleh Pras waktu kelas 3 menjelang ujian. Awalnya aku malu untuk ikut kegiatan itu. tapi aku merasa mendaki itu bukanlah hanya sekedar mendaki. teman kakaku juga bilang, kalau hidup di alam liar itu sangatlah berbahaya apalagi kalau kita mengalami keadaan yang sangat darurat. Jadi tidaklah sembarangan.
Pendakian pertamaku adalah Gunung Pulo Sari. Nanti aku ceritakan bagaimana pengalaman yang tidak akan terlupakan itu.
Langganan:
Postingan (Atom)