Selasa, 24 Mei 2016

Menjadi Relawan Komunitas Filantropi Pendidikan ( MI Ciherang - Pandeglang )




“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain”
 – Muhammad shallahu’alaihi wa sallam-  

Kali ini aku akan menceritakan pengalamanku ketika aku menjadi seorang Relawan Pendidikan di suatu daerah yang lumayan jauh dari keramaian kota. Ciherang-Pandeglang. Sebenarnya waktu itu aku sudah merencanakan pendakian setelah dari Argopuro kemarin bersama Agita, tapi kami mengurungkan niat kami karena mengingat membludaknya pendaki ketika liburan panjang seperti ini, apalagi saat 17 Agustus nanti. Pasti banyak orang yang ingin merayakan hari kemerdekaan itu di atas puncak gunung. Berfoto bersama sang Saka lalu memamerkannya melalui sosial media.  Sampai akhirnya aku diajak Agit untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat ini dari Komunitas Filantropi Pendidikan. sebelum aku tepilih menjadi seorang relawan, aku harus mengisi biodata dan alasan kenapa aku bersedia menjadi relawan Pendidikan di MI Ciherang-Pandeglang. Aku membuka web KFP dan mencoba untuk menuliskan alasan mengapa aku ingin ikut serta dalam kegiatan 17 Agustus ini di Ciherang. Aku sangat pesimis kalau nantinya aku tidak terpilih menjadi relawan, aku yakin banyak alasan-alasan dari relawan lain yang  berkualitas dan pantas untuk diajak melakukan kegiatan yang bermanfaat ini. sampai akhirnya aku mendapatkan balasan email dari KFP dan namaku terpampang sebagai relawan terpilih untuk kegiatan 17 Agustus ini. Agit juga memberitahu kalau aku terpilih bersama dia dan juga Hanis. Aku mempersiapkan apa saja yang akan aku bawa selama tiga hari di Ciherang nanti.

Setelah menyepakati dimana aku dan kawan-kawan dari KFP untuk bertemu, akhirnya aku memilih untuk bertemu di pintu tol Balaraja Barat. Dengan pedenya aku menghampir mobil Elf berwarna putih, padahal sebelumnya aku belum pernah bertemu dengan mereka. Aku langsung masuk kedalam mobil, mengucap salam dan menanyakan dimana Agit? Dan suara laki-laki dari kursi belakang bilang kalau Agit tidak ikut karena sakit tifus. Memang beberapa lalu ia sempat bilang kalau kondisi badannya belum pulih. Aku sedikit kesal saat itu karena aku merasa di tipu olehnya agar aku hanya jalan sendiri. Tidak ada yang sama sekali aku kenal.  Sepatah dua patah terkadang aku ikut ngobrol dengan orang-orang yang ada di mobil tapi aku lebih banyak tidur dan diam selama perjalanan sampai ditempat yang di tuju.

Kami telah sampai di suatu Desa, dimana Desa itu sangat gelap dan hanya ada beberapa lampu yang menerangi beberapa rumah saja.  Kami langsung menghampiri rumah warga yang sudah di siapkan untuk kami beristirahat. Dirumah itu juga sudah di siapkan teh manis hangat dan beberapa gorengan untuk kami sarapan. Teman-teman baruku lebih memilih untuk melihat-lihat kondisi sekolah di sebelah selatan desa ini dan tidak jauh dari rumah yang kami singgahi. Tapi aku lebih memilih untuk tidur saja. Mataku sudah tidak kuat menahan kantuk dan untung saja, ada Rani yang juga lebih memilih tidur. (relawan macam apa aku ini)

 Setelah beristirahat dan memejamkan mata sebentar, kami kembali menuju suatu tempat yang akan menjadi tempat singgah kami untuk tiga hari dua malam ini. dengan menggunakan mobil Elf dan mobil APV kami menyusuri jalanan yang jaraknya antara ± 5km dan harus melewati perkebunan sawit dengan jalan yang rusak dan membutuhkan waktu selama  ± 1,5jam. Menurut cerita dari guru relawan SGI, mba Ulfa namanya jalanan ini kalau hujan akan tergenangi air, bahkan kalau sudah sampai puncaknya, bukan air lagi yang menggenangi jalan ini, melainkan lumpur. Memang di desa ini sangat sulit sekali dengan air karena resapan air yang begitu kuat dari si pohon sawit ini. menurut Mba Erna, salah satu relawan yang ikut juga bahwa pohon sawit adalah pohon yang menyerap air lebih banyak. Tanahnya pun kalau sudah di cabut tidak bisa lagi dipakai untuk tanaman lainnya. Harus menunggu beberapa tahun supaya bisa di pakai lagi. Memang sih memiliki perkebunan sawit ini hasilnya sangat menguntungkan tapi perkebunan sawit ini juga merugikan banyak orang contohnya saja desa Ciherang ini. mungkin hampir 200 hektare desa ini hampir tidak ada air. hanya beberapa rumah saja yang tersedia air, dan itupun hanya mereka yang memiliki uang lebih.

Setelah sampai rumah kepala sekolah SD MI Ciherang, kami langsung beristirahat sebentar. Dirumah kepala sekolah juga kami disediakan minuman dingin dan beberapa makanan. Rumah kepala sekolah ini menurutku sudah agak mendingan dibanding dengan rumah yang tadi. Dirumah kepala sekolah terdapat tiga kamar, dua di depan dan satunya lagi di belakang dekat dapur. Kalian jangan membayangkan kalau rumah kepala sekolah ini besar, jauh dari ekspektasi yang kalian bayangkan. Beratapkan genteng yang lumayan untuk melindungi penghuninya dari hujan dan badai dan juga di lapisi dengan bilik bambu agar terlihat sejuk.  Dapurnya sangat luas dan ehmm. .. kamar mandinya hanya tertutup setengah badan. Jadi kalau mau mandi harus menutupnya lagi sebagian agar tidak kelihatan hehe.

Setelah selesai membersihkan badan, kami langsung di giring ke aula. Waktu itu aku hanya mengenal beberapa relawan saja, seperti Mba Erna, Mba Fido, Teh Jani, Mas Faruq, Mas Angger (ketua KFP), Mba Eni dan juga Rani. Diruangan itu kami membicarakan tentang proker yang akan di jalankan untuk enam bulan kedepan. Aku tampak kaget dan sedikit kesal dengan Agit yang tidak memberitahuku tentang hal ini. ia hanya bilang aku hanya menjadi relawan saja (titik). Tapi yasudah, sudah terlanjur basah dan di awali dengan pemilihan ketua dan mas Faruq yang menjadi ketua terpilih, lalu membicarakan tentang program kerja yang akan dijalankan selama enam bulan mendatang.  

Setelah selesai membicarakan tentang proker tadi, kami beristirahat dan menikmati suasana di Desa Ciherang ini. desa ini masih kelihatan lugu dari campur tangan orang-orang yang menganggap dirinya pintar dan bisa membodohi orang-orang lugu di desa, padahal sebenarnya orang seperti itulah yang sebenarnya bodoh dari pemikiran. Desa ini tidak ramai dan sangat menenangkan, dan desa ini pula harga sembako tidak semahal di kota.

Aku kira, rapat tadi siang sudahlah berakhir. Ternyata masih ada episode kedua untuk membicarakan tentang persiapan lomba adik-adik esok hari. Membicarakan siapa yang akan jadi panitianya, siapa yang akan menjadi moderator dan siapa pula yang akan menjadi supporter (loh gak ada yah hheheu). Ada untungnya juga aku mengikuti acara seperti ini. ternyata orang-orang yang ikut dalam kegiatan ini adalah orang hebat. Ada bu Fadlun blogger aktif, ada Rani yang juga sama seperti bu Fadlun, ada Mas Angger founder KFP, ada Mba Erna guru biologi yang inovatif,ada mba Ghina,  ada mba Fido seorang planner, ada mba Dila dan teh Jani yang turut serta membantu Dompet Duaffa, mba Eni yang juga pernah menjadi guru di Indonesia Mengajar, dan ada mas Faruq ketua KFP yang aku tidak bisa sebutkan satu-persatu prestasinya. Yang aku tau beliau adalah lulusan UNPAD haha.

Setelah mempersiapkan  hadiah dan juga bingkisan yang sudah kami bungkus. Kami langsung beristirahat untuk mempersiapkan tenaga besok pagi.

Minggu,16 Agustus 2015

Pukul 08 aku dan kawan-kawan sudah sampai di lokasi SD MI Ciherang. Terlihat banyak anak-anak sekolah yang sedang bermain dan menunggu kami untuk memulai perlombaan. Saat aku mulai masuk ke lingkungan sekolah, anak-anak yang sedang bermainpun seketika menghampiriku dan langsung meraih tanganku untuk memberikan salam. Aku di kerubuti mereka, satu-persatu mereka mengantri untuk bersalaman. Aku merasa aku tampak seperti seorang guru yang baru saja pulang ke kampung halaman.  Mereka tampak riang dan bahagia melihat kami datang. Dan ada salah satu anak murid yang mengikutiku, entah kenapa rasanya ia akrab sekali denganku.  

Saat aku mulai memasuki lingkungan sekolah yang hhwwwaaaaaww membuat aku ingin menangis, membuat rasanya aku adalah manusia yang kurang bersyukur ketika sekolah dulu. Kalian tahu seberapa ambruknya sekolah SD MI Ciherang??? Sangat memprihatinkan.

Atap-atapnya yang sudah bolong, temboknya tampak rapuh dan ditambal dengan bilik bambu yang... menurutku juga sudah tidak layak pakai, lantainya tanah dan sungguh membuat hati meronta.  Tapi aku kagum dan salut dengan anak-anak yang bersekolah disini. Mereka bisa dengan ikhlasnya belajar dalam kondisi sekolah mereka yang seperti ini.







Setelah kami siap mempersiapkan perlombaan. Satu-persatu para murid pun mendaftar di bantu dengan Pak Sapto, Mba Ulfa dan Pak Hery guru relawan dari Sekolah Guru Indonesia. Mereka masih tampak muda, aku sangat kagum dengan mereka. Di usia mereka yang masih muda, mereka sangat peduli dengan Pendidikan di Indonesia. Mereka rela meninggalkan rumah demi untuk mengajar anak-anak di sekolah terpencil ini, membagi ilmu mereka dengan ikhlas tanpa meminta imbalan.

Anak-anak yang mengikuti perlombaan ini tampak riang dan bahagia. Mereka tertawa lepas tanpa memikirkan sekolah mereka yang memprihatinkan. Mereka menikmati setiap detik, menit, dan sampai lupa kalau tubuh-tubuh mungil mereka terbakar oleh teriknya matahari. Mereka asyik berlomba makan kerupuk yang mereka kunyah dengan menggunakan tali yang digantung, lomba balap karung, lomba memasukkan paku dalam botol dan lomba kelereng yang di taruh di sendok. Mereka tampak bahagia. Sangat bahagia...









 Senin ,17 Agustus 2015

Hari itu, dimana kami sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk upacara Sang Saka dan juga sudah menyiapkan seragam yang akan kami kenakan ketika upacara bendera. Sayangnya, Rencana Tuhan berkehendak lain. Aku terserang alergi yang sangat unik. ‘alergi semut’!!! ya!! Aku alergi semut setelah aku menumpang mandi di salah satu rumah warga. Tubuhku semuanya bentol, dan hampir tak sadarkan diri karena alergi semut yang sangat kuat. Seketika tubuhku menjadi dingin. Dan aku langsung di bawa lari ke Rumah sakit terdekat oleh Mas Angger, Teh Jani dan Pak neming.  Sampai aku memuntahkan apa yang ada di dalam isi perutku. Sedih rasanya aku tidak bisa mengikuti upacara bendera bersama anak-anak yang bersemangat menyorakkan kemerdekaan.

Dan aku berterima kasih kepada teman-teman yang sudah membantuku pada waktu itu.

Dan juga aku berterima kasih kepada Agita yang menjebakku masuk kedalam ruang lingkup orang-orang hebat ini. kegiatan ini sangat bermanfaat untuk orang-orang yang harus banyak bersyukur. 




"berbahagialah orang-orang yang hidupnya selalu menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain, berbahagialah orang-orang yang hidupnya dengan mudah membantu orang lain, sebab mereka adalah orang-orang yang benar-benar Bahagia"


 oh iya, SD MI Ciherang sekarang sudah di renovasi. sudah bagus dan nyaman untuk belajar adik-adik kita disana. semoga semangat belajar mereka selalu hadir menemani mereka belajar dan apa yang mereka cita-citakan tercapai :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar