Senin, 30 Mei 2016

Jalan-Jalan Imajinasi

sketching by : Listy


Terkadang ibuku bilang kalau aku adalah anak perempuan yang unik, aku suka menyendiri di kamar dan hanya keluar kamar kalau ibuku memasak makanan kesukaanku – kentang balado. Memanggilku untuk keluar kamar tak perlu berteriak ataupun marah-marah, cukup dengan aroma makanan atau minuman yang ibuku buat, aku pasti langsung buru-buru turun kebawah langsung menghampiri ibu. 

Aku juga merasa aneh sih terkadang. Aku merasa bahagia ketika aku baru pulang dari imajinasiku. Pulang dari imajinasi? Kamu pasti akan bingung. Iya pulang dari imajinasi yang terkadang membuatku lelah dan bahagia. Tidak perlu membawa uang untuk traveling imajinasi . ini sangatlah gratis haha – aneh  

Aku selalu pergi berimajinasi dengan pikiranku. Kalau pikiranku dan otakku sudah terlalu runyam. Aku membayangkan aku pergi ke suatu daerah yang pernah aku kunjungi menggunakan ransel berisi makanan dan minuman segar serta membawa payung agar tak kepanasan. Sepanjang perjalanan aku hanya jalan sendirian, tidak ada sesiapa selama perjalanan. Sampai akhirnya aku menemukan suatu tempat dimana tempat itu pernah aku kunjungi bersama teman-temanku. Udara yang menyibak kerudungku terkadang membuat aku terlalu berlebihan sampai memejamkan mata dan merentangkan tangan bak film-film india. Padang savana yang luas berserta di hiasi dengan alang-alang yang berada di sekitarnya, aku terus berjalan menyusuri jalan setapak itu. Sampai akhirnya aku terpaksa memejamkan mataku karena burung merak yang menyenggol topi rimbaku. Lalu tiba-tiba tempat itu berubah menjadi padang savana yang sangat panas. Fatamorgana terlihat sampai aku mau skarat dibuatnya. Tidak ada air disana dan tidak ada sesiapa. Di tempat itu aku lebih memilih untuk tidur agar waktu mengantarkan aku pada malam. tiba-tiba pula tubuhku seperti ada yang menarik kebelakang sangat cepat, secepat kilat.  Aku menabrak dedaunan dan ranting-ranting di sekitar hutan itu. Aku menembus waktu dan ...

Aku kembali berada di suatu tempat yang sangaaat sejuk. Terdapat danau di tempat ini, danau yang di himpit dua bukit seperti gambar ketika aku masih kecil, dua bukit untuk matahari terbit dan di kelilingi dengan danau. Danau itu romantis. Suara riak-riak air terdengar membuatku ingin membuka perbekalanku tadi di kamar yang sudah aku siapkan.  Aku membuka minuman bersoda warna merah sambil menikmati sejuknya udara di bibir danau itu . Berkabut.. tiba-tiba ditengah ketenangan itu kabut datang, aku seolah hilang arah dan tak tahu tujuan. Aku lagi-lagi terseret oleh mesin waktu itu, bukan.. bukan.. bukan mesin waktu, tapi aku terseret oleh imajinasiku sendiri.. 

Sampai akhirnya aku berada di satu tebing yang pernah aku lewati bersama teman-temanku. Tapi aku heran. Kemana mereka? Hanya ada carriernya dan perbekalannya saja yang di tinggal. Apa mereka hilang? Aku tak mengerti mengapa aku berani berada di tempat ini.  tebing ini hanya memiliki tali seadanya dan sangat licin. Kalau aku tidak hati-hati maka aku akan terjungkal ke bawah tebing. Sampai akhirnya aku telah sampai di tanah datar yang sangat tinggi dengan kawah yang diameternya lumayan besar. Jalanan yang mengitari tanahnya pun hanya cukup untuk dua orang saja. Disekitar sini, ada tumbuhan bunga edelweis yang rapat sampai ke ujung jalan, lalu aku turun dari tanah datar itu. Aku menemukan hamparan luas... sangaaatt luaass yang di kelilingi oleh tanaman edelweis. Apakah ini kerajaan ataukah ini??? disini tenang dan damai. Lalu aku berjalan ke arah timur hamparan luas ini. aku terpeleset dan aku seperi di tarik dan tiba-tiba...

Aku sudah berada di suatu tempat yang banyak bukit. Untuk melewati bukit bukit ini butuh waktu yang sangat lama, lagi-lagi hijau yang aku rasa..  aku terus berjalan sampai aku mencapai puncaknya..
Di depanku, sudah ada satu gunung yang puncaknya seperti bekas letusan lahar yang ia muntahkan dengan ganasnya. Segitiga yang tidak sempurna tidak mengurangi ke gagahan dari gunung itu dan aku teringat satu nama . ‘mbah marijan’ dan... kota tempat dimana gunung itu berada pernah mengalami guncangan hebat yang meluluh lantahkan sebagian kota yang memakan banyak korban. Aku pernah mendengar bencana yang melanda kota ini tahun 2005 .

Aku mencoba menghampiri gunungnya tapi aku tidak bisa, rasanya buram dan aku sulit untuk menggapai bukit itu. Rasanya sangat jauh dan jauuuhh sekali, aku tidak bisa menggapainya sampai pada akhirnya aku sudah berada di atas motor dan seorang laki-laki yang memboncengiku. rasanya aku kenal dengan dia. rambutnya yang kriting dan berkacamata membuatku tak asing. seperti keponakan ibuku tapi kenapa dia diam saja tidak bicara. motorku menyusuri jalan yang kanan kirinya terdapat padang savana dan juga hutan belantara. motor itu masih melaju dan mulai berkelok-kelok ditambah jalanan yang menanjak.  sudah hampir satu jam aku menyusuri jalan ini. motor yang aku tumpangi sudah terparkir oleh laki-laki tadi. aku sampai di satu pantai yang ombaknya begitu kuat untuk memghempaskan setiap manusia yang berani mendekatinya. ombak itu begitu ganas. laki-laki berambut kriting dengan kacamatanya itu menghampiri ombak itu. "mau kemana dia?" pikirku. apa aku akan di bawa hanyut kepada laki-laki yang mirip keponakan ibuku?? 

ia terus mendekati ombak itu, perlahan ia berjalan tapi dia masih diam saja sambil menikmati matahari yang terbenam. aku memang suka melihat matahari terbenam, apalagi kalau sudah waktu senja. aku ingin berlama-lama. 

ombak itu perlahan mendekati laki-laki itu, aku triak dan terus triak, "heeeeyyy heeeeyyy cepaaat kembalii" kataku sambil ketakutan. ombak itu semakin besar dan siap untuk memakannya. aku triak sekuat tenagaku tapi aku tidak bisa mendengar suaraku sendiri. aku bingung mau minta tolong dengan siapa. tidak ada siapa-siapa disini. hanya ada aku dan laki-laki itu. perlahan ombak itu semakin dekat... semakin dekat.. lagi dan lagi sampai aku ikut terseret ..
"bbllluup bluup bluupp" 

aku tak sadarkan diri sampai aku terdampar di suatu pulau...

aku mendengar suara deburan ombak yang sangat tenang.  Pulau ini sepi dan tidak ada satu bangunapun yang berdiri.  Ehmm mungkin ada satu bangunan ang berdiri disini, tapi itu terbuat dari bilik bambu biasa dan hanya beberapa penghuni disini. Aku rasanya kenal dengan pulau ini. aku menuju ke arah timur pulau ini. aku harus melewati sedikit hutan untuk sampai ke ujung timur pulau ini. 

Setelah beberapa menit aku menyusuri jalan ini, mataku terbelalak hhwwaaaaaaaa.... it’s wonderfulplace .. pasir putiihh huwaaaaaaaa ... aku berlari-lari kecil membawa terbang layangan di genggaman seakan hanya akulah penghuni di pulau ini.  kali ini aku yakin, tidak ada yang menggangguku lagi. Yaa damai.. tenang.. tidak ada suara triakan-triakan yang membuat kupingku menjadi pengang, tidak ada suara-suara tertawa yang membuat badan bergelincangan, tidak ada orang-orang yang mengganggu kehidupan. Aku menikmati setiap detik angin yang berhembus, terkadang menggelitik kulit-kulit pipi ku, membuat kerudungku berterbangan . hanya ada aku dan suara deburan ombak. Dan aku memejamkan perlahan menikmati setiap hembusan angin bersama pasir-pasir putih. Mereka berbisik dan menemaniku, menemani ketenanganku dipulau ini sampai aku tertidur pulas.

• • •

Hembusan angin tadi tiba-tiba menghilang, aku kegerahan dan peluh bercucuran membasahi wajahku. Aku terbangun dari imajinasiku, rasanya lelah dan dahaga. Aku haus dan badanku terasa pegal mengelilingi beberapa tempat tadi.. kkkkrrrrrreeeeeekkksuara tulang-tulang punggungku saling bersahutan, kepalaku sudah mulai kaku tak bisa menengok kiri dan kanan. Aah lelah sekali rasanya. Meja imajinasiku sudah berantakan tak karuan, sepertinya aku terlalu jauh berjalan-jalan. tapi aku senang, akhir dari imajinasiku cukup membuat aku tenang dan damai. Baiklah akan kupikirkan kemana aku akan pergi lagi dengan imajinasiku nanti.

2 komentar:

  1. Didalem imajinasi juga ye... tetep aja ada payung :D

    BalasHapus
  2. Huahahaaa payung kesayangan gak boleh ketinggalan kaakkss..
    Kita kapan niih meetup?m

    BalasHapus