Selasa, 28 Juni 2016

Tips Mendaki Gunung




 photo by : listy


Mendaki gunung itu menurutku adalah ... kegiatan yang tidak murah. Kenapa?

Karena terkadang nyawa kita yang menjadi taruhannya. Kenapa aku bilang nyawa yang menjadi taruhannya? Karena, mendaki gunung itu perlu perhatian khusus ,terlebih untuk diri sendiri dan juga teman mendaki kita. Mendaki gunung bukan hanya persoalan foto selfie, menikmati keindahan alam, ketawa ketiwi, bersenang-senang atau sesuatu hal yang merupakan kepentingan diri sendiri, memang tidak ada yang salah dalam hal itu tapi ingat sekali lagi. keselamatan. Mendaki gunung juga harus memperhatikan lingkungan sekitar contoh kecil yang sering kita abaikan adalah membuang sampah sembarangan.

Banyak sekali dari kita yang merasa bahwa kita adalah pecinta alam yang benar-benar melestarikan alam. Menurutku pecinta alam tidak merusak, aku tidak mau mengakui kalau aku adalah pecinta alam. Sebab aku sadar dalam diriku sendiri aku masih suka menginjak-injak rumput walaupun ketenaran rumput itu adalah rumput liar. Jadi kalau mencintai ya tidak merusak. Mengerti maksudku?

Mendaki gunung menurutku bukan hanya sekedar berbekal peralatan safety, tapi mendaki gunung juga harus berbekal ilmu. Iya ilmu bagaimana ketika kita menghadapi keadaan darurat. Seperti misalnya tersesat di hutan, apa saja yang harus di lakukan. Terserang penyakit ekstrim di gunung seperti hypotermia, bagaimana cara mengatasinya, bagaimana ketika persediaan makan habis lalu apa yang akan kita makan selain perbekalan yang dibawa dan masih banyak lagi.

Banyak yang bilang kalau mendaki gunung adalah menyerahkan nyawa, bertaruh nyawa dan lain sebagainya. Menurutku memang benar begitu. Mendaki gunung itu adalah 70% s/d 30% kita bisa kembali kerumah. Kalau niat kita mendaki saja sudah tidak baik, maka selama perjalananpun juga akan mengalami hal-hal yang tidak baik pula. Ingat jangan membuang sampah sembarangan atau melakukan hal konyol lainnya. 

Di zaman sekarang, banyak yang bilang kalau naik gunung itu adalah suatu kegiaatan yang “kekinian” tapi menurutku, pendapat seperti itu hanya untuk orang-orang yang hanya sekedar ikut-ikutan tanpa pengetahuan yang cukup.

Aku beruntung pernah menjadi anak sispala, walaupun dalam kurun waktu yang sangat singkat tapi setidaknya aku mengambil pelajaran dari sispala di sekolah. Bagaimana cara mengemas perlengkapan mendaki dengan benar, apa saja yang harus di persiapkan, makanan apa saja yang harus dibawa, bagaimana kalau kita tersesat di hutan dan bagaimana pula cara mengatasi orang yang terserang hypotermia. Tapi alhamdulillah aku beruntung sekali, sampai saat ini aku belum pernah mengalami tersesat parah dan mengalami penyakit yang parah pula.

Tips dariku untuk kegiatan mendaki ini adalah :

Pertama : mengantongi izin orang tua, sebab restu orangtua sangatlah penting agar perjalanan kita selalu di iringi dengan ridhonya.  berbekal doa dan jangan pernah lupa dengan Sang Pencipta. Sebab, kepada siapa lagi kita akan minta pertolongan dan perlindungan ketika tidak ada yang bisa menolong lagi??

Kedua : Pilihlah teman yang akan menemani perjalanan kalian ketika mendaki nanti. Sebab, memilih teman perjalanan yang baik adalah yang paling aman. Pilihlah teman mendaki yang paham betul terhadap dunia pendakian, jangan hanya karena mereka lebih memiliki perlengkapan safety saja, tapi pengalaman belum ada. Itu sangatlah sia-sia. nihil. ibarat orang tuna netra menuntun tuna netra lainnya. Temanmu harus paham bagaimana mengatasi situasi darurat di hutan sana. Karena di hutan tidak ada dokter, tidak ada supermarket tidak ada siapa-siapa. Semuanya serba manual. Untuk pendaki yang sangat baru atau biasa disebut newbie, kalian bisa berangkat dengan orang yang sudah berpengalaman dalam urusan pendakian. Tentunya harus juga paham situasi di gunung sana dan juga harus paham terhadap penyakit sendiri.

Ketiga : gunakan SOP pendakian. Perlengkapan pribadi sangatlah penting. Seperti ; Sleepingbag, Jacket, Trekkingshoes, Raincoat (jas hujan), headlamp, botol minum dan p3k.
perlengkapan vital seperti itu aku harap jangan sampai kalian lewatkan. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di alam sana. Entah kita tersesat sendiri, tersesat dengan rombongan atau hal-hal aneh lainnya.

Keempat: bawa logistik pribadi. Maaf, bukannya aku mengajarkan kalian untuk pelit berbagi dengan teman kalian, tapi makanan pribadi itu sangatlah penting. Di awal perjalanan mungkin kalian akan selalu beriringan dengan rombongan, tapi ketika di pertengahan nanti. Apakah kalian akan selalu beriringan pula? Pengalamanku selama mendaki dengan banyak orang pasti di tengah jalan akan berpisah walaupun hanya beberapa meter saja. Makanya aku sarankan kalian untuk membawa cemilan sendiri. Aku pribadi, cemilan yang wajib di saku celanaku adalah madu, cokelat, lolipop dan minuman rasa-rasa tapi sekarang aku menghindari minuma yang ada rasanya. Ternyata itu penyakit, dan sudah aku buktikan ketika aku ke semeru bulan mei lalu. Kalau aku berangkat mendaki bersama orang terdekat, aku hanya membawa daypack dan isi daypackku full cemilan. Seperti biskuit cokelat, fitbar, bengbeng dan biskuit kecil-kecil lainnya.



Sedikit pengalaman dan cerita. Waktu aku masih kuliah dulu, aku adalah anak yang bisa dibilang ekstrim. Baru pulang kuliah aku sudah di telfon oleh temanku untuk pergi ke merbabu. Aku hanya berbekal ransel berisi buku dan undang-undang, jacket dan uang. Sesampainya di merbabu sana, aku tidur hanya menggunakan jacket. Menyiksa sih tapi kalian juga harus tau kondisi kalian ya kalau mau mencoba hal ekstrim seperti itu.  lebih baik jangan dicoba, bahaya hehee..

Dariku itu saja. Nanti aku lanjut ceritanya kalau aku sudah memiliki banyak pengalaman.
Keep safety!!

2 komentar:

  1. Kalo aku sih point pertama itu dapet izin orang tua 😂😂😂

    BalasHapus
  2. Iyaa kebalik. Td aku juga baca2 lagi huahaha ketauan kalo mau naik gunung packing dulu baru ijin wakakaka

    BalasHapus